Black Note




Warning : cerita ini terinspirasi dari serial death note karya Tsugumi Ohba & Takeshi Obata. Tapi cerita ini tidak mengambil alur cerita death note melainkan hanya esensinya saja untuk kemudian diolah kembali sesuai dengan kultur Indonesia

Aturan #1 : setiap nama target harus ditulis lengkap sambil membayangkan wajahnya

Vio (20 tahun) mengendarai Honda jazz-nya dengan kecepatan sedang. Ia harus extra hati hati karena hujan yang turun dengan derasnya membuat malam semakin gelap dan membatasi jarak pandang. Sesekali Vio menajamkan matanya melihat ke kiri dan kanan, sepertinya sedang mencari alamat. Honda jazz itu terus membelah malam , menembus tirai air hujan dan menjadi mobil satu satunya yang berada di jalanan saat itu. Hujan sederas ini apalagi di malam hari membuat banyak orang enggan untuk keluar rumah.

Aturan #2 : jika nama yang ditulis adalah laki laki ,maka 40 detik kemudian ia akan tewas karena serangan jantung kecuali dituliskan detail kematiannya

Vio membelokkan mobilnya ke sebuah komplek perumahan yang belum jadi. Tempat itu sangatlah sepi dan gelap gulita. 6 bulan lalu pembangunan perumahan itu dihentikan karena masalah fInancial , akibatnya beberapa rumah yang sudah setengah jadi menjadi terbengkalai. Sambungan listrik pun dicabut kembali oleh PLN. Hanya mengandalkan lampu mobil , mata Vio mencari cari rumah yang dituju. Dan diantara jajaran bangunan yang gelap gulita , di salah satu rumah setengah jadi terlihat titik cahaya dan juga bayangan orang disana. Vio menghentikan mobilnya tepat di depan bangunan tersebut.

Aturan #3 : jika nama yang ditulis adalah wanita , maka 40 detik kemudian ia akan mengalami lonjakan birahi dan akan bercinta dengan siapapun secara acak kecuali dituliskan detail dengan siapa dia bercinta.

Tanpa payung, Vio turun dari mobilnya dan langsung berlari kecil memasuki bangunan tersebut. Titik air hujan membasahi tubuh indahnya terutama pundaknya yang terbuka. Bangunan itu sedianya akan menjadi rumah dua lantai sebelum akhirnya pembangunannya terhenti. Kondisi lantai satu sangat kotor dan berantakan. Bekas kantong semen berserakan dimana mana. Belum lagi sampah lainnya seperti bekas minuman , kertas Koran , kaleng cat , tambang plastic , hingga tumpukan kecil pasir teronggok sembarangan. Vio melangkah hati-hati diantara sampah yang berserakan. Ia naik ke lantai dua menggunakan tangga yang sudah jadi. Berbeda dengan lantai satu yang gelap, di lantai dua kondisinya sepertinya lebih terang.

Aturan #4 : jika nama wanita yang ditulis kemudian dicoret , maka 40 detik kemudian ia akan mengalami pemerkosaan secara acak kecuali dituliskan detail pemerkosanya.

Sebuah lentera elektrik bertenaga baterai menerangi lantai dua. Lantai ini menjadi lebih terang karena di tengah ruangan ada api unggun yang menyala walau tak begitu besar , setidaknya cukup untuk menghangatkan tubuh. Seorang lelaki duduk didekatnya. Vio berjalan mendekati lelaki itu sambil memperhatikan sekeliling. Tempat ini lebih rapi daripada di bawah. Meski memang kesan kotor dan berantakan masih terasa , setidaknya sampah sampah tertumpuk rapi di sudut ruangan dan sebagian digunakan sebagai bahan bakar api unggun. Tak banyak barang disana selain dua buah kursi kayu, satu bangku panjang , dan sebuah kasur gulung tergelar di lantai dilapisi oleh kain lebar bekas spanduk salah satu partai. Lelaki itu menoleh dan berdiri saat mendengar langkah kaki Vio mendekat , ia tersenyum senang. Orang itu adalah Benjo, preman pasar dan juga seorang krimInal yang ditakuti. Spesialisasinya adalah curanmor, terkadang disertai dengan kekerasan. Sebagai orang jalanan tampangnya jelas jauh dari tampan. kulit hitam, rambut cepak tak jelas, tato dimana mana, dan terutama wajahnya yang sangar dengan bekas luka melintang dari ujung dahi atas membelah pipi sebelah kiri. Bekas sabetan golok musuhnya sesame preman dulu. Penampilan Benjo sangat berbanding terbalik dengan Vio. Seorang gadis cantik, mahasiswi sebuah perguruan tinggi terkenal di Jakarta. Apa yang terbayang oleh pria dari kecantikan dan keindahan tubuh seorang wanita, itulah Vio. Apalagi selain mahasiswi, ia juga sedang merintis karir di bidang modeling. Ia termasuk salah satu rising star dari sebuah majalah pria dewasa dan pernah berpose sexy disana. Meski bukan sebagai cover model setidaknya itu membuktikan jika Vio tak hanya cantik tapi juga mempunyai body yang menggiurkan.

“hai….” Sapa Vio pendek

“hai juga…..” Benjo juga menjawab pendek lalu keduanya tak ada lagi yang saling berbicara.

Benjo mendekati Vio. Dielusnya pipi gadis itu, terasa begitu halus. Disentuhnya pula bibir gadis itu yang sungguh menggoda tak tertahankan untuk menciumnya. Viona malam itu memang terlihat sangat cantik sekali. Rambutnya ia ikat ke belakang sehingga lehernya terlihat, ditambah baju yang dikenakannya bermodel jatuh di bagian pundak sehingga bahunya yang putih berpadu indah dengan kelenjangan lehernya. Di bagian bawah Vio memakai rok jeans yang sangat pendek sehingga kakinya yang panjang terlihat berpadu indah dengan pahanya yang putih mulus. Benjo mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Vio. Butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya Vio membalas ciuman itu. Keduanya berpagut dengan ganasnya, lidah mereka liar mencari pasangan.

“mmm….mmmphh…mmmm….” Vio menggumam tertahan saat bibir mereka menyatu saling mengulum dan mencium. Dirangkulnya makin erat pria dihadapannya, payudara gadis itu menekan empuk dada Benjo yang keras.

Ciuman Benjo kini beralih menyusuri leher mulus Vio , memberikan rangsangan geli dan nikmat pada gadis itu , terutama saat lidah Benjo menyusuri pundaknya yang terbuka.

”oouhh……oohhh…..ooohhh…..” Vio mulai mengerang nikmat.

Dengan satu isyarat tangan Benjo menyuruh Vio untuk berlutut. Gadis itu menurut dengan pasrah dan langsung paham apa yang harus dilakukannya. Jari jari lentiknya dengan cekatan membuka ikat pinggang Benjo, kancing celananya hingga retsletingnya.celana Benjo meluncur jatuh sampai mata kaki untuk kemudian dilepas oleh pemiliknya.

Karena sudah menegang sedari tadi, ujung penis Benjo terlihat sedikit mengintip dari balik celana dalamnya. Tanpa ada keraguan sedikitpun, Vio menjilati ujung penis yang sedikit terlihat itu layaknya mencicipi es krim.

“wuughh…teruss..ya ..gitu…gitu…..” Benjo meracau menikmati permaInan lidah Vio.

Tak hanya jilatan lidah saja , Vio juga menggosok-gosok bibirnya pada ujung penis itu. Rasa geli yang erotis sontak menyebar cepat ke skujur tubuh pria itu. Benjo merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya , padahal ini barulah permulaan , belum lagi rasa kulumannya , atau jepitan vagInanya , atau seluruh tubuhnya bahkan. Sungguh beruntung preman satu ini , bisa menikmati tubuh indah dan sexy seorang calon model majalah pria dewasa.

Kali ini Vio mulai menurunkan celana dalam Benjo , tidak dengan tangan melainkan dengan mulut dan giginya. Gesekan gesekan halus antara wajah mulus Vio dengan selangkangannya membuat birahi Benjo semakin melonjak tak terkendali. Terlepas dari kungkungan celana dalam , penis Benjo langsung berdiri siaga penuh. Vio meraih penis itu dengan tangannya lalu dengan sangat ahli melakukan gerakan kocokan dan memijat sehingga perasaan banjo makin tak karuan saking nikmatnya. Sex memang bukan hal yang asing bagi Viona, ia kerap melakukannya dengan kekasihnya , juga pernah dengan photograpernya seusai photo session. Mungkin yang sedikit agak aneh adalah kenapa Vio mau melakukan sex dengan pria seperti Benjo. Seorang preman yang wajahnya jauh dari tampan , bahkan sebenarnya tak Vio kenal sama sekali. Apalagi selama ini Vio terkenal pilih pilih untuk urusan cowok apalagi sex. Untuk bisa mendekatinya, tak cukup wajah tampan tapi juga kantong tebal.

Lidah Vio bergerak liar menyapu dan melingkar di seputaran batang besar milik Benjo.

Jilatannya bergerak naik turun dari ujung atas hingga ke bawah lalu naik lagi, begitu seterusnya.

Aksi selanjutnya semakin membuat Benjo panas dingin saat Vio mengulum penis itu dengan mulutnya. Terasa penuh dan sempit karena mulut Vio yang tak terlalu besar. Dimulai dengan perlahan , kepalanya bergerak maju mundur lalu semakin cepat. Begitu intens Vio mengocok penis Benjo dengan mulutnya. Tak tahan dengan ‘panas’ yang dirasakan , Benjo membuka pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat sementara Vio masih berpakaian lengkap. Benjo mengelus bahu Vio yang terbuka , tak sabar rasanya ingin segera melucuti seluruh pakaian gadis cantik ini. Menikmati lekuk demi lekuk tubuhnya , menindihnya. Namun untuk sementara ini Benjo masih menikmati kuluman bibir Vio yang basah dan hangat. Penisnya semakin berdenyut tak tertahankan. Sampai akhirnya Benjo tak tahan juga. Ia menyuruh Vio untuk berdiri lalu dengan tak sabar dilucutinya seluruh pakaian gadis itu

”anjrritt……!!!” Benjo terkesima sendiri melihat tubuh polos Vio tanpa penutup , nyaris sempurna.

Tangannya memijit lembut dua payudara Vio , begitu empuk Dan kenyal. Putingnya ia sentil-sentil , semula dengan jari lalu berlanjut dengan lidah. Vio tak banyak beraksi selain memejamkan mata , mulutnya sedikit terbuka mengeluarkan desahan desahan menggairahkan. Birahi Benjo sudah mencapai titik ‘kritis’ , digendongnya tubuh Vio dan dijatuhkannya di atas kasur. Dengan buas Benjo langsung menindih tubuh indah itu. Leher Vio ia ciumi ganasseraya meremas buah dadanya.

‘oouu…aahhh..aduhh..baangg…pelan…sakiit..niihh….”r intih Vio pelan bernada manja.

Benjo semakin ganas saja saat menciumi dan mengulum satu belahan dada Vio, yang sebelah lagi ia remas remas. Lidahnya bermain main di sekitaran puting, sesekali payudara itu ia hisap kuat kuat meninggalkan bekas merah pada kulit mulus tersebut.

Benjo membalikkan tubuh Vio hingga tertelungkup. Mata preman itu langsung nanar menyaksikan betapa mulus dan putihnya punggung gadis dihadapannya ini. Dielusnya dengan perlahan punggung mulus itu , rasanya begitu lembut dan halus bagai guci porselein dari chIna.

Benjo mencium tengkuk Vio dan berlanjut menjelajahi tiap inchi dari punggung gadis itu. Sebelah tangannya menelusup , meraup dan meremas buah dada kiri gadis itu.

“ooouuhhh….” Vio hanya bisa merintih lirih.

Tak se-inchi pun dari punggung Vio terlewatkan oleh belaian dan ciuman Benjo , bahkan kini Benjo menelusuri punggung mulus itu dengan penisnya. Cukup bermain main , Benjo mengangkat sedikit pantat Vio dan memposisikan diri untuk menyetubuhi dari belakang.

”ooooohhhhh……” Vio melenguh panjang saat penis Benjo mulai menyeruak masuk.

Sejenak Benjo terdiam membiarkan penisnya dan vagIna Vio saling ‘beradaptasi’, barulah selang semenit kemudian Benjo mulai bergerak maju mundur , menanamkan penisnya semakin dalam.

“oohh…aahhh…aahhh…ouuhh…..” erangan erotis Vio mengiringi setiap hentakan yang dirasakan tubuhnya sekaligus menjadi penyemangat untuk Benjo.

Awalnya penis Benjo yang berukuran lumayan besar tersebut sempat membuat Vio tak nyaman , namun lama kelaman gesekan gesekan di dinding vagInanya terasa begitu enak dan membuainya dengan efektif. Tubuh Vio terus tersentak seiring dengan semakin intensnya dorongan Benjo , buah dada gadis itu menggantung dan bergoyang goyang begitu menggoda dan menggairahkan. Benjo boleh saja seorang preman jalanan ,tapi untuk urusan sex dia tergolong jago. Ia menggenjot tubuh Vio dari belakang dengan tempo yang tepat , kadang cepat , kadang pelan , kadang berhenti untuk sejenak memainkan buah dada Vio yang menggantung.

Hasilnya Vio mencapai orgasme terlebih dahulu , tangan kecilnya meremas kuat kain penutup kasur tersebut, mulutnya mengeluarkan desahan panjang , tubuhnya menegang sejenak untuk kemudian melemas.

Melihat Vio yang sudah mencapai puncak , kali ini Benjo mempercepat genjotannya tanpa jeda. Tubuh Vio yang lemas terguncang guncang liar. Sesekali pula Benjo memukuli pantat Vio hingga memerah. Dan akhirnya Benjo menggeram panjang , sperma menyembur deras membasahi vagIna Vio , ia pun langsung ambruk lemas diatas tubuh Viona. Keduanya terdiam masih meresapi kenikmatan yang baru saja dirasakannya. Terbuai oleh kenikmatan keduanya tak menyadari jika sebenarnya sedari tadi ada yang mengintip mereka. Setiap detil persetubuhan mereka tak luput dari pandangan mata orang itu. Dan setelah Vio dan Benjo menyelesaikan permaInannya ia langsung turun perlahan tanpa suara. Saat ia melangkah meninggalkan rumah itu , samar terdengar lagi suara rintihan Vio menggema dari lantai dua. Orang itu tersenyum , rupanya permaInan sudah dimulai lagi. Orang itu adalah Don , kekasih Vio atau tepatnya mantan kekasih. Dan sebenarnya ia sudah lebih dahulu tiba di tempat itu sebelum Vio. Hujan masih turun dengan derasnya , Doni berlari menembusnya menuju bangunan yang berada tepat di depan tempat Vio dan Benjo berada. Disana ia menyembunyikan mobilnya. Doni masuk kedalam mobil dengan perasaan puas, hatinya begitu bersemangat dan bergairah bagaikan baru saja meraih hadiah milyaran rupiah. Diraihnya sebuah buku berwarna hitam bertuliskan ‘black note’ di sampulnya.

“ternyata buku ini memang berguna sekali…..” gumam Doni , ” dengan buku ini gue bisa melakukan apa aja …..gue bisa habisin semua sampah masyarakat…gue bisa hukum semua cewek yang taunya cuma morotin cowoknya…….gue bisa apa aja..!!!”

Doni memandang bangunan di seberangnya dengan tatapan sinis penuh kebencian.

“Vio…elu masih beruntung gue cuma bikin kamu ML sama preman , tapi nanti..tunggu saja…..gue bakal bikin orang pada ngantri buat ngegilir dan merkosa elu…..you’ll see bitch….!!! You’ll see…”

Doni segera menghidupkan mobilnya dan meninggalkan tempat itu , sementara Vio dan Benjo masih bergumul ria disana. Sepanjang jalan Doni terus memikirkan rencana selanjutnya , deretan nama yang akan dihabisi , dan deretan nama wanita yang ‘layak’ diperkosa mulai tersusun di otaknya. Apa yang terjadi dengan Vio tadi hanyalah sebuah uji coba kecil untuk sekedar mengetahui apakah ‘black note’ memang mempunyai kekuatan atau tidak. Dan kini Doni sudah sangat yakin bahwa ia mempunyai kekuasaan untuk mengatur hidup orang lain di tangannya.

Dan itu semua berawal dari tiga hari yang lalu.

TIGA HARI SEBELUMNYA

Doni turun dari mobilnya dengan perasaan geram dan emosi tertahan. Diperhatikannya sekeliling areal parkir hotel tiga melati yang agak penuh karena long weekend. Matanya langsung tertuju pada sebuah Honda jazz warna pink yang sangat ia kenal. Emosinya kian memuncak.

“damn it , Vio….!!!” Umpat Doni sambil bergegas memasuki hotel.

Satu jam yang lalu , seorang kawan Doni yang sedang mengInap disana meneleponnya dan memberitahu jika ia melihat Viona dan seorang lelaki tak dikenal check in di hotel itu. Padahal ia tahu sekali jika Viona masih menjadi kekasih Doni. Sesaat setelah mendengar kabar tersebut , Doni langsung memacu mobilnya menuju hotel tiga melati. Di lobby hotel , teman Doni sudah menunggu dan langsung menyambutnya.

“kamar 103…” katanya sambil menunjukan arah kamar yang dimaksud.

Hanya butuh waktu beberapa detik untuk Doni tiba di depan kamar hotel 103. ia bimbang sejenak apa akan mendobrak masuk atau mengetuk dulu. Ia memilih yang kedua. Pintu kamar itu ia ketuk dengan normal.

“room service…..” teriak Doni

Tak ada jawaban dari dalam.

“room service pak…..” Doni mengetuk pintu lebih keras lagi

Tetap tak ada jawaban.

“room service pak…..!!!” Doni mengetuk semakin keras.

Doni menempelkan telinganya di pintu , samar ia mendengar suara lelaki mengumpat namun tak terlalu jelas, diikuti suara langkah mendekati pintu. Pintu sedikit terbuka dan kepala seorang lelaki melongok keluar. Tadinya ia hendak marah karena kesayikannya terganggu, namun saat melihat orang yang di depan pintunya tak seperti room service ia langsung terdiam dengan dahi berkerut heran. Kesempatan itu Doni gunakan untuk menendang pintu sekeras mungkin, akibatnya lelaki itu jatuh terjengkang ke lantai.

”eehh..eeh…apa apaan nih….???” Protes orang itu saat Doni dengan cepat melompat masuk dan berlari menuju ranjang.

Dan darah Doni pun semakin menggelegak saat melihat Vio terbaring tanpa busana di ranjang. Vio pun terkejut melihat Doni tiba tiba muncul , ia menarik selimut dan menutup tubuh seadanya.

“heh..siapa luh…..??” orang tadi menepuk bahu Doni.

Doni menjawabnya dengan melayangkan bogem mentah membuat orang itu jatuh ke lantai dengan bibir berdarah. Doni lalu menarik bangun orang itu untuk kemudian kembali menghajarnya hingga terjatuh.

“Don..udah Don..jangan…..!!!” teriak Vio panic melihat kekasihnya mengamuk.

Perhatian Doni sejenak teralihkan pada Vio , ” jadi ini yang namanya photo session hah…!!!….iya…???!!!…..photo sessionnya di ranjang….???!!! Gitu…????!!!….anjiing semua…..!!!!!”

Doni menendang tubuh lelaki yang masih mengerang kesakitan di lantai.

“Don..jangan…..udah……!!!”

Doni tak menggubrisnya , ia terus saja menendang dan memukuli pria itu yang merupakan photographer Vio dari sebuah majalah pria dewasa. Seusai photo session sore tadi, photographer itu membujuk Vio agar mau check in dengannya. Jika Vio bersedia ia menjanjikan akan membantu mempermudah jenjang karir Vio untuk menjadi model terkenal. Vio dengan senang hati menyanggupinya yang penting ia bisa segera menjadi model terkenal. Doni masih saja terus menghajar photographer itu habis habisan ditimpali oleh jeritan histeris dari Viona. Di tengah kepanikannya , secara spontan Vio meraih kamera Nikon D300 yang tergeletak di meja dan langsung menghantamkannya ke kepala Doni. Terkena hantaman , Doni mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya yang berdarah. SUmpah serapah panjang keluar dari mulutnya. Si photographer masih tergeletak tak bergerak di lantai, entah pingsan atau mati. Doni bangkit mendekati Vio yang tertegun bingung dengan perbuatannya sendiri. Dengan mudahnya , Doni merebut kamera dari tangan Vio. Ia angkat kamera itu untuk membalas hantaman tadi.

“aaaww….” Vio menjerit ketakutan sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan.

Setitik kesadaran terlintas di benak Doni , memukul seorang wanita apapun alasannya adalah tindakan pengecut dan bukanlah hal yang pantas.

”monyeeeet….!!!!” Teriak Doni sambil membanting kamera di tangannya ke dinding hingga hancur berantakan.

Doni lalu pergi meninggalkan Vio yang masih shock dan bingung serta si photographer yang masih tak bergerak di lantai. Keributan di kamr 103 tak urung memancing keingin tahuan tamu lain. Mereka berdiri di depan pintu kamar masing masing sambil melongok ke arah sumber keributan. Beberapa diantara mereka hanya menutupi tubuh sekenanya.

“Apa….!!!” Bentak Doni pada orang orang itu. Dan itu cukup untuk membuat mereka kembali masuk ke kamar masing masing dan melanjutkan urusan yang tertunda.

Berjalan menuju mobilnya , Doni tak hentinya mengumpat dan bersumpah serapah , mengutuk kekasih yang telah mengkhianatinya. Luka di kepalanya tak lagi mengeluarkan darah meski rasa sakit dan peningnya masih terasa. Melewati mobil Vio di tempat parkir amarahnya kembali naik , ditatapnya Honda jazz itu dengan perasaan kesal luar biasa. Sebagai pelampiasan , sepertinya sebuah batu besar cukup untuk menghancurkan kaca jendela mobil itu. Namun sejauh mata memandang , ia tak menemukan batu yang dicari. Matanya justru menangkap sebuah benda segi empat berwarna hitam tak jauh dari tempatnya berdiri. Doni menghampiri dan memungut benda yang ternyata sebuah buku itu. Di cover depan tertulis dengan huruf perak timbul ‘black note’, tapi di dalamnya kosong seperti belum pernah digunakan. Hanya di halaman awal saja tertulis aturan pemakaian ‘black note’. Leluconkah ini…..??? atau memang ‘black note’ sehebat yang tertulis di aturannya…??? Doni tak tahu pasti. Ia memperhatikan sekeliling , tak ada seorangpun selain dirinya. Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk membawa pulang saja dulu buku itu.

Minggu siang , suasana mall saat itu lumayan ramai. SCTV sedang mengadakan acara off air dengan bintang tamu penyanyi cantik rossa. Dari food court tempatnya duduk sekarang , sebenarnya Doni bisa dengan nyaman dan jelas menyaksikan acara tersebut. Namun ‘black note’ yang ia temukan semalam lebih menarik perhatiannya saat ini.

Buku itu ia bolak balik , ia buka lembar per lembar dan aturannya ia baca berulang kali, belum juga ia bisa memutuskan apakah buku ini nyata atau lelucon belaka. Seandainya benar , artinya Doni mempunyai kekuasaan atas semua orang , tapi jika tidak…..Doni berpikir tak ada ruginya mencoba. Di stage , rossa mulai menyanyikan hitsnya ‘ayat ayat cinta’ yang langsung disambut meriah oleh penonton yang berkerumun di sekitarnya. Suara merdu penyanyi cantik asal sumedang itu pun mengusik juga telinga Doni, perhatian Doni kini teralih padanya. Meski bertubuh mungil , rossa mempunyai wajah yang mempesona dan lekuk tubuh yang indah. Aura kecantikan dan kesexyannya menjadi lebih terasa dengan pakaian terusan warna biru yang ia kenakan hari ini, modelnya agak sedikit sexy. Dan sekali lagi Doni berpikir tak ada ruginya untuk mencoba, siapa tahu memang berhasil. Dengan sedikit gugup Doni menuliskan nama rossa di ‘black note’ . Kini Doni menyaksikan penampilan rossa dengan berdebar debar , setiap gerak gerik rossa diamatinya dengan detail berharap melihat sesuatu yang berbeda. Namun hingga lagu usai dan rossa mulai menyanyikan lagu berikutnya , tak terjadi apapun. Tak ada rossa yang mendadak salah tingkah , atau penonton yang mendadak naik untuk merangkul dan menciumnya.

Dengan kata lain ‘black note’ hanyalh omong kosong belaka. Dalam hati Doni menertawakan dirinya karena sempat mempercayai buku ini.

“selamat siang mas , boleh ganggu sebentar…???”

Doni menoleh , seorang SPG cantik jelita menyapanya. SPG itu berwajah sangat menarik apalagi rambutnya begitu indah berkilau ( seperti iklan shampoo ) , ia memakai celana pendek yang secara proporsional memperlihatkan pahanya yang mulus dan kaos kuning cerah yang begitu ketat memperjelas tonjolan dadanya. Di tangannya ia membawa dua botol plastic minuman sari buah untuk ditawarkan. Entah sengaja atau tidak, ia menawarkan sari buah itu dengan posisi agak membungkuk, memperlihatkan belahan dadanya. Doni membiarkan SPG itu mempromosikan produknya, tak sedikitpun ia peduli. Silahkan bicara soal bahan alami, vitamin dan mineral, baik untuk kesehatan dan lainnya , asal Doni bisa berlama lama memandanginya itu saja cukup. Entah sadar sedang dipandangi atau memang salah satu trik menarik pelanggan , bahasa tubuh SPG itu seolah memang sengaja ingin memperlihatkan tonjolan dadanya sekaligus juga belahannya.

“jadi gimana mas…jadi beli dong…..???” gadis itu tersenyum menggoda mengakhiri promosinya.

“mmm..gimana ya…???”

“ayolah mas….gak rugi deh , malahan mas bisa ikut undian berhadiah handphone nokia N96…lumayan kan …??”

“oya …caranya gimana…??”

“mas tinggal isi questioner di booth kami disana…” ia menunjukan stand minumannya , “mas cukup isi nama lengkap sama alamat aja kok…”

Nama lengkap….!!! Doni tersentak bagai baru terbangun dari mimpi.

Rossa bukanlah nama lengkap , tapi hanya nama panggung saja. Mungkin itu sebabnya ‘black note’ tak bekerja.

“ya mas ya…beli ya…??” SPG itu menyodorkan dua botol minuman sari buah ke hadapan Doni sambil sekali lagi memperlihatkan belahan dadanya.

Doni terlihat sedang berpikir . ia tak sedang berpikir akan membeli sari buah itu atau tidak , ia sedang memikirkan hal lain. Ia berpikir untuk mencoba ‘black note’ sekali lagi. Doni adalah seorang mahasiswa yang tak hanya tampan tapi juga berlimpah materi karena ayahnya seorang pengusaha garmen yang sukses. Wajahnya pun tak terlihat seperti bajingan atau bandot pemburu wanita. Itulah sebabnya ketika Doni mensyaratkan akan membeli minuman itu asal ia boleh tahu nama dan nomor HP, dengan senang hati SPG tadi menyanggupinya. Dan saat SPG itu beranjak pergi , Doni sudah mendapatkan yang ia perlukan. SPG itu bernama Ina, lengkapnya Dewi Ferina.

Beberapa saat setelah meninggalkan meja Doni, Ina mulai merasakan keanehan pada tubuhnya. Ia mendadak merasa gerah padahal AC mall itu cukup sejuk, kepalanya mendadak berat , kakinya terasa melayang tak menapak bumi. Kilasan adegan film porno yang pernah ia tonton bersama teman teman satu kostnya mendadak muncul begitu saja. Bagai terkena pengaruh obat perangsang , buah dada Ina mengeras putingnya menegang. VagInanya terasa geli seolah ada jari tak terlihat sedang menggelitikinya. Ina pun sempat limbung sambil memgang kepalanya.

“Ina…kamu kenapa…??” salah seorang kawannya sesame SPG bertanya dengan khawatir.

Ina tak menjawab , nafasnya mulai tak beraturan.

“Ina..kamu sakit…??”

“eng..enggak kok….Cuma agak capek aja….” Ina terlihat menjawab dengan susah payah.

”yakin Cuma capek….atau…..” kawannya itu berbisik di telinga Ina , ” kamu hamil ya…??”

”ngaco ah….enggak lah…Cuma capek doang, beneran….”

Kawannya itu hanya menganggkat bahu ,terserah deh pikirnya.

”ehh..aku ke toilet dulu ya bentar….” Kata Ina lalu langsung bergegas ke toilet tanpa menunggu jawaban temannya itu.

Mendekati toilet , birahi Ina semakin meninggi tak tertahankan lagi. Di lorong menuju toilet yang kebetulan sepi, Ina bersandar sejenak ke tembok lalu meremasi buah dadanya sendiri sambil mengigit bibir.

”oooouhh….” Walau hanya tangannya sendiri namun terasa sangat nyaman.

Selain meremas payudara, Ina juga menggosok gosok vagInanya sendiri mencoba mengatasi gelitikan yang sedari tadi dirasakannya. Adegan demi adegan film porno kembali terlintas di kepalanya.

Ina melanjutkan langkahnya menuju toilet, kali ini ia berjalan lebih pelan dan cenderung agak sempoyongan seperti orang mabuk. Sesekali ia berhenti, tangan kanannya menopang pada tembok sementara tangan kiri meremasi sendiri buah dadanya , nafasnya semakin tersengal sengal. Semakin mendekati toilet , Ina mencoba berjalan senormal mungkin. Namun begitu , Maman si penjaga toilet bisa menduga ada yang tak beres dengan Ina. Dari kejauhan ia melihat Ina berjalan agak limbung. Awalnya ia mengira , Ina sedang sakit . tapi saat Ina tiba di depan pintu toilet , Maman yakin jika gadis yang baru saja menghilang di balik pintu toilet itu tidak sedang sakit tapi kemungkInan mabuk , sepertinya nyabu

“dasar…SPG jaman sekarang….”kata Maman sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.

Sesaat kemudian entah mendapat ide darimana , Maman berpikir mungkin ia bisa memanfaatkan situasi ini.

Toilet di mall itu sangatlah terjaga kebersihannya terutama toilet wanita yang selalu terjaga keharumannya. Di dalam toilet wanita terdapat 6 bilik Wc dan sebuah wastafel dengan cermin yang besar dan lebar. Ina berdiri di depan cermin , tangannya menopang pada wastafel .wajahnya terlihat sedikit basah, juga kaos bagian atasnya. Sepertinya ia baru saja mencuci muka. Sambil memandang bayangannya sendiri di cermin, Ina terlihat bersusah payah mengatur nafasnya.

“neng…sakit,….??” Maman melongokan kepalanya dari balik pintu.

Ina tak menjawab , hanya menatap melalui bayangan cermin.

“sakit apa ,neng….??” Maman kini berani masuk kedalam toilet

Ina hanya menjawab dengan gelengan kepala perlahan tanpa bicara apa apa. Tak mendapat pengusiran keluar , Maman semakin berani mendekati Ina.

“abang bisa mijit lho neng…” dengan gemetar tangannya mulai nakal menyentuh tengkuk Ina.

Maman bersiap seandainya Ina memakinya , tapi hal itu tak terjadi. Ina membiarkan penjaga toilet itu menyentuhnya membuat pria itu tersenyum cabul. Tangan Maman mulai bergerak melakukan pijitan di tengkuk Ina , tapi itu hanya bertahan beberapa detik saja karena selanjutnya pijitannya berubah menjadi belaian. Merasa tak ada perlawanan Maman semakin berani. Elusan tangannya bergerak ke depan, melewati leher lalu bagian atas dada Ina yang tak tertutup kaos. Sekali lagi Maman bersiap, seandainya Ina tiba tiba menamparnya. Jika dalam kondisi normal , mungkin sudah sedari tadi Ina menghardik dan menampar kekurang ajaran Maman. Namun tidak hari ini , ia justru seakan akan mengharapkannya. Padahal kalau boleh jujur , secara tampang apalagi ekonomi, Maman adalah type lelaki yang sedikitpun tak akan dilirik oleh perempuan sekelas Ina. Beruntunglah Maman hari ini.

Dari atas, tangan Maman menelusup ke balik kaus ketat Ina dan langsung menyentuh dan meremas payudara gadis itu.

“ooohh…” Ina mendesah dan memejamkan mata saat tangan kasar itu menyentuh buah dadanya.

Dan Maman pun semakin asyik memainkan buah dada Ina. Buah dada yang selama ini hanya menjadi impiannya saja. Diam diam ia berterima kasih pada siapapun atau apapun yang membuat SPG cantik ini teler hari ini. Ina masih bertopang pada wastafel saat Maman memeluknya dari belakang lalu menciumi lehernya yang putih dengan ganas. Kaus kuning cerahnya disingkap ke atas, kaitan branya pun telah dilepas. Kini Maman leluasa menggerayangi buah dada gadis itu dari belakang, sambil terus menciumi leher dan belakang telinga Ina. Bayangan cermin memantulkan adegan erotis yang semakin membangkitkan gairah keduanya. Bayangan gadis cantik dengan buah dada yang montok, padat, empuk dan menggiurkan dengan putingnya yang menggoda diremas oleh tangan kasar seorang penjaga toilet yang sulit dikatakan tampan. Bagi Maman bayangan di cermin semakin menstimulasinya untuk menggerayangi buah dada Ina makin ganas. Apalagi ia melihat wajah cantik Ina yang mengekspresikan kepasrahan. Ina pun tak tinggal diam, tangan gadis itu meraih ke belakang mencari ‘pusaka’ Maman yang masih tersembunyi di balik celana. Dan tentu saja sentuhan tangan Ina semakin membuat penis Maman berdenyut mencari pelampiasan.

Tiba tiba terdengar suara langkah kaki dari luar yang sontak mengingatkan Maman. Pria itu sejenak melepaskan Ina dan berlari menuju pintu untuk menguncinya, tepat saat seseorang mencoba masuk ke dalam toilet tersebut. Maman memandangi pintu dengan berdebar debar. Untuk sesaat orang di luar terus berusaha untuk membuka pintu , lalu menyerah sambil mengeluhkan soal pintu terkunci dan toilet yang rusak. Langkah langkah kaki terdengar menjauh, Maman pun bisa bernafas lega. Saatnya melanjutkan permaInan. Saat Maman berbalik Maman terkejut karena Ina ternyata sudah ada di belakangnya sedari tadi. Ina sudah melepas kaos ketat, bra dan celana pendeknya. Mata Maman langsung terbelalak penuh nafsu memandangi keindahan tubuh Ina yang hanya bercelana dalam saja. Ina mendorong tubuh Maman ke tembok , lalu dengan cekatan membukai pakaian lelaki itu satu persatu.

“weleeh…mau perkosa abang ya neng…??”

Pelapis terakhir dari tubuh Maman sudah Ina lepaskan , artinya penis yang sedari tadi terkungkung kini mengacung bebas. Tanpa ragu Ina menggenggam penis itu dengan satu tangan dan tangan yang lain merangkul leher Maman. Ina mendekatkan bibir arman dengan bibirnya. Keduanya langsung terlibat dalam ciuman panas , bibir dan lidah saling berpadu. Keduanya terlihat sama sama bernafsu. Yang paling diuntungkan tentu saja Maman. Seorang SPG cantik jelita mau berciuman dengannya sambil mengocok penisnya , mimpi pun belum tentu seindah ini.

Maman lalu membalas juga perlakuan Ina. Ia meremas buah dada gadis itu, sementara satu tangannya menelusup masuk ke balik celana dalam dan menggelitik vagIna Ina. Suasana semakin erotis dan erotis saja.

Ina melepas ciumannya untuk berlutut di bawah kaki Maman. Mata pria itu langsung berbInar bInar penuh gairah membayangkan yang terjadi selanjutnya. Kali ini Ina menggenggam penis Maman dengan kedua tangannya dan dengan cekatan melakukan pijatan yang membuai Maman dengan cepat. Dibandingkan tadi, kocokan dengan dua tangan bagi Maman lebih terasa dan terasa lebih. Ina rupanya sengaja menggoda birahi Maman. Ia beberapa kali mendekatkan mulutnya pada penis itu berlagak seolah akan mengoralnya, namun tak jadi dilakukan. Satu kesempatan , ia hanya melakukan tiupan lembut di sepanjang batang penis tersebut , memberikan sensasi dingin sekaligus penasaran pada Maman. Kesempatan lain ia bahkan hanya melakukan kecupan kilat di ujung penis itu , atau hanya menyentuhkan lidahnya sejenak disana. Perasaan Maman kian tak menentu , birahinya melonjak lonjak tak karuan. Maman jarang sekali bisa bersentuhan dengan perempuan seintim ini apalagi kelas SPG seperti Ina. Sekalinya terjadi justru ia ‘dipermainkan’ olehnya, tapi Maman sangat menikmatinya. Ina rupanya merasa cukup “menyiksa” Maman, kali ini ia melakukan oral sesungguhnya. Ia menggenggam penis Maman dengan dua tangan seperti memegang mikrofon. Kepala penis itu ia jilati layaknya permen loli dan berlanjut dengan kuluman lembut bibirnya yang mungil, nikmatnya sulit untuk dijelaskan. Tampang Maman yang pas pasan kini malah seperti orang idiot menikmati service dari Ina. Matanya merem melek kadang setengah terpejam, mulutnya menganga tanpa suara.

Bayangkan saja sendiri wajah Maman jadinya saat Ina melanjutkan servicenya dengan mengulum secara penuh penis itu dengan mulutnya. Saat kepala Ina akan mulai bergerak maju mundur , Maman menahannya dengan tangan. Ia masih ingin sejenak menikmati dan meresapi cakupan basah mulut gadis itu di penisnya.

“huhoo….enyak..enyak..enyak….” Maman meracau dengan norak.

Saat kepalanya ditahan , Ina tak lantas tinggal diam. Lidahnya bergerak aktif menggelitiki penis Maman. Sang pemilik terang saja menggeliat kegelian , efek erotisnya membuat tangan Maman melemah tak bertenaga. Tak lagi tertahan, kepala Ina mulai bergerak maju mundur dengan teratur.

“mmmphhh….mmmm..mmmp….slrrpp..mmmm…”

Ina menambah bumbu erotis dengan menggumam penuh birahi. Ia juga menyelingi kulumannya dengan jilatan dan terkadang berhenti sejenak membiarkan penis itu berdenyut denyut di dalam mulutnya. Jangan pernah bertanya seperti apa reaksi Maman saat menikmati oral sex dashyat dari SPG cantik bernama Ina ini. Terlalu norak untuk dijelaskan. Akhirnya sekian lama dioral , penis Maman berdenyut denyut nyaris tak tertahankan lagi untuk memuntahkan isinya. Maman mendorong Ina agar melepas kulumannya , lalu ia menarik tubuh gadis itu kembali ke wastafel. Ina kembali ke posisi semula saat pertama masuk ke toilet ini. Bertopang tangan pada wastafel di depan cermin. Bedanya kali ini ia tak berpakaian lengkap dan hanya bercelana dalam saja. Dengan perlahan dan hati hati seolah takut menggores kulit mulus Ina , Maman menurunkan celana dalam gadis itu hingga terlepas. Sekali lagi wajah Maman berubah norak saat melihat dua bongkahan dua pantat montok Ina. Maman membuka kran air di wastafel , airnya ia tampung dengan kedua tangannya untuk kemudian digunakan untuk membasahi tubuh Ina yang polos.

Maman memang paling suka melihat tubuh wanita basah terutama sehabis mandi terlihat lebih segar. Air yang ia tampung tadi diratakannya ke sekujur tubuh Ina, ke setiap lekuk lekuknya. Mulai dari leher, bahu , pundak , dan tentu saja tak terlewatkan ke depan perut hingga naik ke buah dada. Lidahnya menggelitik nakal telinga Ina. Ina hanya mendesah pelan menikmati semua rangsangan itu. Tangan kirinya meraih ke belakang merangkul leher Maman.

Puas membasahi tubuh Ina , Maman menarik gadis itu memasuki salah satu bilik toilet. Ia lalu duduk di kloset sementara Ina duduk dipangkuannya dengan kaki membuka. Ina merangkulkan tangannya ke leher Maman sambil tersenyum cantik sekali. Sejenak Maman hanya ternganga sambil menyaksikan kecantikan bidadari dihadapannya. Tangan kasar pria itu menyibak rambut Ina agar lebih jelas menikmati kecantikan wajahnya. Ia mengelus lembut pipi halus Ina , hidungnya , matanya yang terpejam dan bibirnya yang tadi telah memberi sensasi kenikmatan luar biasa di penisnya. Dalam hati Maman masih belum mempercayai keberuntungannya hari ini. Sejak Ina duduk di pangkuan Maman , kemaluan keduanya telah saling bertemu dan bergesekan tak sabar ingin segera ‘dipersatukan’ Maman memposisikan penisnya bersiap menembus lubang vagIna Ina. Meski bukan perawan , perawatan yang tepat membuat vagIna Ina masih terasa sempit. Maman agak sedikit kesulitan menembusnya.

“buseeet…bukan perawan aja kayak gini …gimana perawannya dulu ya..??”pikir Maman

Akhirnya dengan sedikit usaha extra , penis Maman berhasil menembus masuk ke dalam vagIna Ina. Maman menarik nafas lega, sejenak matanya terpejam menikmati jepitan erat vagIna gadis itu. Sambil menikmati jepitan itu , Maman sedikit mendorong tubuh Ina agak ke belakang. Dengan rakusnya kemudian ia menikmati kenyalnya buah dada Ina. Ia kulum dan jilati , putingnya ia hisap penuh nafsu. Maman baru berhenti setelah kulit mulus payudara Ina berhiaskan bercak merah hasil karya hisapan rakus mulutnya. Maman mengisyaratkan Ina untuk mulai bergerak. Ina meresponnya dengan mulai menggoyang pinggulnya perlahan lalu bergerak naik turun di atas pangkuan Maman.

“oohhch…aaahhh..aaahh..ooohh…” gesekan dan jepitan antara penis dan vagIna mulai bereaksi pada Ina.

“iya neng..terus..neng…genjot terrusss…”

“oouujhhh..aaahhh…ahhhh..aawahhh…..”

Payudara Ina bergoyang goyang begitu menggoda saat tubuhnya bergerak naik turun , Maman pun tak tahan untuk tak meremasnya. Dan remasan itu secara otomatis merangsang Ina untuk bergerak lebih intens. Beberapa menit kemudian rangkulan Ina terasa makin erat. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada Maman. Tubuh Ina terasa mengejang diikuti oleh desahan panjang dirinya.

“ooooohhhh…..” Ina mencapai orgasme.

Tubuhnya otomatis melemas sehingga kini gantian Maman yang lebih pro aktif. Giliran Maman yang mengoyangkan pinggul dan menggenjot tubuh gadis itu untuk mencapai puncak.

Tubuh Ina yang lemas terguncang guncang tak berdaya diatas pangkuan Maman. Desahan gadis itu pun tak lagi jelas terdengar , malah lebih mirip helaan nafas. Entah berapa lama sampai akhirnya Maman mencapai puncak , bagi Ina rasanya begitu lama. Tubuh Maman menegang , ia terpekik perlahan dan kemudian vagInanya mulai menyembur ke dalam vagina gadis itu. Sesaat keduanya hanya terdiam saling berpelukan , berusaha mengumpulkan tenaga dan memulihkan nafas masing masing. Maman mencabut penisnya dan mendorong perlahan tubuh gadis itu. Ina langsung terduduk lemas di lantai toilet yang dingin. Sebagai penutup, Maman menyodorkan penisnya ke mulut Ina untuk dibersihkan. Dengan tanggap Ina langsung meraih dan menjilati penis itu hingga bersih, tak lupa ia melakukan kuluman untuk terakhir kalinya.

“hohohoho…nikmatnya dunia..makasih ya neng…”Maman mengecup kening gadis itu lalu meninggalkannya sendirian di bilik toilet.

Maman kembali melakukan tugasnya sebagai penjaga toilet, namun kali ini dengan perasaan senang, ringan dan semangat tinggi. Betapa tidak, baru saja ia menyetubuhi bidadari cantik yang selama ini hanya menjadi bahan khayalan jika sedang beronani saja. Dan meski baru saja terjadi , ia tetap belum bisa mempercayai keberuntungannya ini. Tak lama kemudian, Ina keluar dari toilet. Seluruh pakaiannya telah ia kenakan kembali. Saat bertemu Maman kembali diluar, secara refleks Ina menyilangkan kedua tangannya menutupi buah dada yang tercetak dari balik pakaiannya, ditatapnya Maman yang sedang tersenyum menyebalkan. Tak terlihat kemarahan di wajah maupun sorot mata Ina. Yang ada justru ekspresi kebingungan yang teramat sangat. Dan dengan cepat ian berbalik dan berlari menjauh sambil tetap menutupi dadanya dengan tangan, Ina pun mulai menangis. Selain Maman yang merasa senang hari itu , satu orang lagi yang merasa senang adalah Doni. Ia telah memperhatikan saat Ina tiba tiba bersikap aneh, saat Ina pergi ke toilet, dan saat si penjaga toilet ikut masuk dan tak keluar lagi dalam waktu lama. Plus terakhir melihat SPG cantik itu kembali dari toilet sambil menangis dan menutup dada.

Itu berarti satu hal , ‘black note’ memang berfungsi.

Seorang pemuda berdiri di pinggiran atap gedung berlantai 17. Dengan santai ia menatap ke bawah tanpa perasaan takut atau gamang. Ia malah berdiri makin ke tepi , kepalanya mengadah ke langit dengan mata terpejam , tangannya merentang seakan hendak melompat terbang. Ia mulai menghirup udara dalam dalam dan mengeluarkannya perlahan. Tiba tiba dari pintu menuju atap, seorang pria berjas lengkap layaknya eksekutif muda berlari dengan tergopoh gopoh mendekati pemuda itu. Selain terlihat kelelahan wajahnya terlihat pula khawatir. Orang yang baru datang itu adalah Indra Hermawan, seorang pengusaha muda yang sukses. Apapun yang dikelolanya sepertinya selalu menghasilkan uang banyak. Tahun ini ia ikut mencalonkan diri menjadi caleg, dan hanya tinggal menunggu waktu saja sampai ia bisa menjadi anggota dewan di senayan.

” ‘K’……??” Indra memanggil pemuda yang berdiri di tepian atap.

“sudah anda temukan ‘black note’ nya…??” kata pemuda yang dipanggil ‘K’ itu tanpa menoleh.

“eee…belum….”

“tapi sudah ada petunjuk siapa yang memegangnya….??”

“belum juga…tapi…..”

‘K’ berbalik dan melompat ke hadapan Indra. Wajah ‘K’ terkesan dingin dan misterius dengan sorot mata yang membuat gentar yang melihatnya.

“anda tahu tuan Indra , beratus tahun , berganti jaman , kami menjaga ‘black note’ , baru kali ini buku itu hilang….”

“ii..iya saya minta maaf..itu…eemmm..kecelakaan….”

“kecelakaan…..kata anda kecelakaan…??” ‘K’ mendekatkan wajahnya ke wajah Indra membuat pria itu beringsut mundur ketakutan.

“Adam Air hilang itu kecelakaan….Argo Gede anjlok itu kecelakaan…..baju Dewi Persik melorot itu kecelakaan….tapi ‘black note’ hilang bukanlah kecelakan..itu ke…bo….do…han….” kata ‘K’ sambil mendorong dorong dada Indra dengan jarinya.

“kami memilih anda untuk menggunakan ‘black note’ karena kami yakin akan kemampuan anda….tak disangka anda begitu ceroboh tuan Indra…”

“maaf…saya minta maaf….saya akan terus berusaha mencarinya…saya punya dugaan dimana kira kira buku itu terjatuh”

‘K’ mendengus kesal sambil memandangi indra dengan tatapan tajam , “anda tahu cara kerja ‘black note’ tuan indra..??”

“ya , tentu saja…..death note untuk laki laki dan sex note untuk perempuan….”

“dan anda tahu siapa orang pertama yang menggunakan ‘black note’ tuan indra..??”

“tidak , saya tidak tahu…dan saya tak melihat ada hubungannya dengan masalah kita saat ini…”

‘K’ kembali memandang tajam Indra membuat pria itu tertunduk tak berani membalas.

“tak ada hubungannya ya…..baik , mari kita lihat…..apa benar tak ada hubungannya, ” ‘K’ terdiam sejenak , ” kuberitahu , korban death note pertama adalah Empu Gandring dan Tunggul Ametung , dan korban sex note pertama adalah Ken Dedes….artinya…..” ‘K’ menggantung kalimatnya.

”artinya….Ken Arok adalah orang pertama yang menggunakan ‘black note’..??” jawab Indra

“benar sekali tuan Indra….’black note’ pertama digunakan oleh Ken Arok, tentu saja saat itu namanya bukanlah ‘black note’. Sejak saat itu secara turun temurun , dari generasi ke generasi , kami memilih satu orang yang kami anggap layak untuk menerima ‘black note’……dan tentu saja ‘black note’ mempunyai ratusan nama disesuaikan dengan jaman kemunculannya…”

“jadi artinya ada lebih dari satu ‘black note’…???” Tanya Indra

“tentu tidak tuan Indra ..jangan bodoh…” ‘K’ menepuk nepuk kepala Indra , ” ‘black note tetap hanya satu , setiap kali berpindah tangan maka tulisan pemilik sebelumnya akan hilang….”

“jadi hubungannya dengan hilangnya ‘black note’ sekarang apa..??”

“anda masih belum paham juga ternyata tuan Indra…..” ‘K kembali berdiri ketepian atap sambil melihat orang orang dibawahnya yang sekecil semut , “tahun 1945 death note digunakan untuk menghabisi Jendral Mallaby , tahun 1965 pemegangnya menuliskan 7 nama jendral di ‘black note’ ….walau ia salah menuliskan Nasution menjadi Nasutoin, makanya satu jendral berhasil lolos…….”

Indra ternganga keheranan, ia baru menyadari betapa besarnya pengaruh ‘black note’ yang pernah dipercayakan kepadanya.

“aaah….rupanya anda baru paham tuan Indra …..bayangkan , Singosari, Pertempuran 10 November, G30S PKI……’black note’ bukanlah sekedar menyingkirkan orang yang tak kita sukai atau meniduri perempuan yang kita maui tuan Indra…..’black note’ digunakan untuk membentuk sejarah…..catat itu baik baik tuan indra….SE….JA…..RAH….!!!!”

“jadi bayangkan seandainya ‘black note’ ditangan orang yang tidak tepat ….sejarah apa yang mungkin akan terjadi di masa depan…..??” lanjut ‘K’

Indra terdiam menyadari jika ia sedang dalam masalah besar.

“masih berpikir tak ada hubungannya…..tuan indra???”

“ti..tidak…saya paham sekarang……”

“bayangkan apa jadinya jika pemegang ‘black note’ menuliskan nama tokoh politik yang tak disukainya , seperti saat itu ada yang menulis nama Munir di ‘black note’…”

Munir..??? indra teringat aktivis HAM yang tewas secara misterius di penerbangan menuju belanda. Jadi itu karena death note..???

“oke…oke….saya paham..saya akan kerahkan seluruh kemampuan saya untuk menemukan ‘black note’ kembali….”

“ya..tentu saja….” ‘K’ merogoh saku celananya dan mengambil sepucuk surat dalam amplop. Surat itu ia masukan ke kantong jas Indra, “jangan dibuka dulu ya….”

“apa ini…???” Indra menepuk saku jasnya dengan heran.

“oohh..itu cuma surat wasiat biasa kok…” jawab ‘K’ santai

” surat wasiat….punya siapa…??”

“punya anda tentunya…..biasanya orang bunuh diri selalu meninggalkan surat wasiat kan …??”

“bunuh diri..???!!! apa maksu…”

Indra tak meneruskan kata katanya karena tiba tiba dua orang berbadan besar telah mencengkram kedua tangannya dan menyeretnya ke pinggiran atap.

” please..jangan ‘K’..jangan…saya akan mencari terus..jangan…..”

”maaf tuan Indra …dengan menghilangkan ‘black note’ sama dengan anda telah menghancurkan hidup anda….so…goodbye and happy landing….” Jawab ‘K’ santai.

”tidak….jangaaaaaaaaaaaaannnnn………”

Tubuh indra melayang jatuh dari lantai 17 , dan langsung remuk plus kepalanya pecah saat menyentuh tanah.

“sayang sekali…..” ‘K’ memandang tubuh Indra dari atas seolah menyesali kejadian yang baru saja terjadi.

“boss ‘K’…apa tugas kita selanjutnya…” salah satu orang yang melempar Indra bertanya dengan penuh rasa hormat.

“saat ini yang bisa kita lakukan hanyalah buka mata dan telinga baik baik……cepat atau lambat ‘black note’ akan muncul dengan sendirinya , dan jika saat itu terjadi…..” ‘K’ kembali memandang ke bawah , …” maka akan ada satu orang lagi yang mati bunuh diri…”
__________________

Aduuhh panas banget..................



.....
aduuuhh panas banget hari ini.. gak tahan deh pengennya kemana-mana cuma pake bh sama my thong aja.. badan saya sakit semua abis kemaren begadang 2 malem ngerjain FA, hmmm.. kayaknya massage enak deh ni.. langsung ku angkat telp dan booking untuk jam 4 sore.. body massage 1.5 jam kali ya..
dapet untuk yang jam empat, langsung ku buru-buru panasin mobil secara udah jam tiga kurang seperapat, tau dong macet nya dunia sialan ini.. aku masih pake celana pendek ku yang super duper pendek dan tank top warna item.. langsung nyamber tas ku dan berangkat ke tempat massage...
bu rara tunggu sebentar ya.. kata reception cowok yang sambil melotot ngeliatin toket ku yang separuh nyembul di tank top ku.. ok..saya bilang sambil jalan ke depan ac dan berdiri disitu mendinginkan diri.. huh..gila nih jakarta nggak mungkin banget panasnya.. gak lama ada suara cowok yang manggil saya.. bu rara.. terus pas saya balik badan seorang terapist cowok pake t shirt abu-abu dan training warna abu-abu, sendal jepit sport warna hitam berdiri di belakang saya.. silahkan.. kata dia.. hmmm.. aku dapet terapist cowok ternyata.. dia bersih dan badannya keren gitu.. well build.. dalam hati saya.. terus saya ikutin dia masuk ke sebuah pintu ke deretan ruang massage yang tertutup rapat dengan tirai warna biru muda..
dia anter saya ke ruang paling ujung sebelah kiri.. di atas dipan massage udah ada handuk besar warna putih dan disposable panties warna abu-abu tua.. terus dia bilang sama saya.. silahkan ganti dulu mbak.. mau apa massage oilnya?.. lavender.. kata saya.. dia balik badan dan keluar ruangan.. hmm.. pantatnya sekel banget.. duh.. langsung mikir jorok nih liat dia..hahaha.. tapi i told my self.. hey.. you came for the massage ok.. not to fuck him.. geli sendiri saya jadinya...
saya buka baju saya.. telanjang di dalam ruangan.. terus saya buka pantiesnya.. hmm.. bahan nya saya alergy.. ya udah lah mendingan saya nggak usah pake aja.. my tinny litle black thong made from silk, nanti rusak kalo kena massage oil.. terus saya tiduran tengkurep di dipan, dengan kepala di bolongan dipan tempat taro muka, sambil berselimutkan anduk putih besar itu..
dia masuk ke ruangan dan tutup tirai.. terus dia bilang.. saya mulai ya mbak.. ok.. saya rileks dan tutup mata mencoba tidur.. dia mulai pijat badan saya dari telapak kaki di atas anduk saya.. hmmm.. enak banget.. terus ke betis.. dan paha.. tekanannya pelan dan dalam.. dan gak tau kenapa saya ngerasa sentuhan dia agak erotik.. hahaha... dasar perek.. di pijet aja horny.. terus naik dari paha.. ke pantat saya.. pas menyetuh pantat saya.. dia sempet berhenti sebenter dan kerasa tangannya ngeraba pantat saya yang telanjang tanpa apapun di balik handuk.. abis itu.. dia mulai mijet pantat saya dengan penuh perasaan.. aduuhh.. kok jadi becek ya saya.. mijetnya nggak biasa deh ni.. tapi saya cuek aja.. hmmm.. lamaaa dia pijet pantat saya.. dan abis itu tangan dia naik ke pungung dan pijat bagian punggung saya.. saya udah hampir ketiduran.. ketika saya ngerasa kalo dia buka anduk penutup badan saya dan dipelorotin sampe ke bawah pantat.. saya rasain tangan dia nyentuh kulit saya langsung sambil mbalurin massage oli.. pelaaan banget.. uuuhhh...lagi-lagi saya bukanya tidur malah mikirini dia korek-korek memeknya sama jarinya yang gede-gede itu.. saya diem aja coba nikmatin.. terus di turun ke pantat saya.. dan balurin minyak disana sambil di pijat.. di pejet pipi pantat saya.. aaaauuuhh.. enak banget.. memek saya langsung basah.. duhh.. gua entot juga ni orang.. saya mulai gelisah dan pinggul saya meresponds pijetannya dan mulai masturbasi gosokin memek saya ke tempat tidur.. bodo deh dia mikir apa.. saya sekarang ngerasa kalo dia angkat seluruhnya anduk yang nutupin badan saya.. sambil saya tetep tengkurep saya ngerasa kalo dia tarik kedua kaki saya kebuka lebih lebar.. gila.. gw telanjang bulat tengkurep digrepein sama tukang pijet.. dasar pecun... tapi saya udah gak perduli.. saya nikmati aja yang saya rasain sekarang..
terus saya denger di kuping kiri saya dia bisik.. kok basah mbak..saya diem aja.. cuma noleh dan liatin dia.. wuiih... mukanya dah horny banget kayaknya...saya senyum.. dan dia senyum balik... saya bersihin ya.. saya cuma nganguk pelan.. saya dah horny banget soalnya.. gak bisa mikir...
terus saya tengkurep lagi.. dan tiba-tiba kerasa ada tangan yang nyusurin belahan pantat saya teruuuss sampe ke itil saya.. saya mengeliat kaget... terus saya denger dia bilang... sssttt... gpp.. ini enak mbak.. ******.. ni orang.. malah grepein gw.. saya yang dah pengen ******* cuma bisa pasrah aja.. terus dia pijet itil saya.. aaaahhh... tangan yang satunya dia tetep pijet punggung saya.. leher saya.. dan ke bagian samping badan saya dan nyerempet-nyerempet tetek saya... uuuuuhhh gila enak banget... pantat saya udah bergerak-gerak gak karuan.. tangan saya pegangan kuat-kuat di pinggir tempat tidur, sambil gigit bibir saya keras-geras supaya saya gak moan keenakan.. uuhh.. saya mau keluar nih kayaknya.. dia kayaknya tau.. terus pelan banget saya ngerasa 2 jari di selipin pelan banget ke lubang memek saya yang mengkeret keenakan.. uuuuuuhhh sempit banget.. dia masukin jari-jarinya pelaaaaannn bangett... sambil jempolnya saya rasain di taro di lubang anus saya dan usap-usap disitu.. licin.. kena massage oli.. aaaahhhh saya dah mau muncrat banget.. dia terus masukin pelaaaaannn... sampe akhirnya mentok, dia keluar masukin kedua jarinya di memek saya.. dan anus saya di usap-usap.. sialan ni orang.. malah finger fucked me lagi.. emang perek banget ya gw bentuknya.. sampe tukang pijet aja pengen ngentotin gw.. trus dia lakukin kayak gitu.. dan... aaaaaahhh... aaaaaaaaaahhhhhhh... saya keluaaaarr...langsung lemes badan saya.. terus dia lanjutin pijet badan saya.. dia usap cairan memek saya ke seluruh badan saya.. dia pake untuk minjet badan saya.. aaahhh gila ni orang... saya tetep tengkurep lemes.. sambil badan saya terus di pijet sama dia.. sempet ketiduran sedikit.. sampe saya denger dia bisik di kuping saya lagi.. mbakk.. balik badanya..
saya balik badan.. udah cuek sama ketelanjangan saya.. terus saya buka mata.. dan ternyata dia udah keluarin kontolnya dari celananya.. nyembul, ngaceng... gede.. dan berurat.. ******.. gw dientot nih sama dia kayaknya.. saya telentang sambil ngangkang.. terus dia naik ke atas dipan..dan mulai pijet badan saya bagian depan.. dia ambil massage olinya terus tetesin pentil saya pake make massage oli yang bikin pentil tetek saya langsung keras dan ngeceng... hmmm.. enak banget.. terus langsung dia usap tetek saya lembut banget.. pijet sekitarnya.. dan pentilnya di usap-usap lembuuutt.. sekali-sekali diteken-teken.. parah nih.. saya horny lagi.. saya diem aja dia berbuat sesuka dia.. mukanya dah merah padam napsu.. gak pernah beralih matanya dari tetek bulet saya.. dia turun dari tempat tidur dan ambil anduk kecil hangat dia seka tetek saya pake handuk hangat itu.. terus dia buka semua bajunya.. badanya berotot.. otot pahanya gede-gede.. dan pantatnya yang keceng tuh tambah kenceng karena kontolnya dah ngaceng banget... uuuhh... gw cuma mau pasrah aja.. terserah dia mau apa..
terus dia taro anduk kecil itu nutupin mata saya.. sambil tangan nya tetep remes-remes dan usap-usap tetek saya.. saya rasin dia naik ke tempat tidur.. dan tiba-tiba saya ngerasa lidah kasar nyapu permukaan pentil saya.. oooohhh.. dia mulai emut-emut.. lembut banget.. makin lama makin kuat.. memek saya makin basah.. terus... saya rasain di mulut memek saya dia tempelin kepalakontolnya.. dan badannya nindih badan saya.. tangannya di selipin di bawah badan saya.. jadi saya direngkuh dipeluk sama dia.. hmmm bau badannya enak banget.. gila ni orang... di entot juga gw akhirnya.. di dorong kontolnya makin masuk ke memek saya.. sambil badannya yang kayaknya udah dilumurin massage oil di tempelin semuanya di badan saya.. tangan satunya meluk badan saya dan ditempelin rapet-rapet ke badan dia.. tangan satunya lagi di lingkarin di pinggang saya sambil mijet dan remes-remes pantat saya..
gilaaaaa... enaaak banget.. kontolnya ******* memek saya lembut banget.. badannya.. seluruh badannya mijet badan saya dengan berat badannya dia.. dan seluruh kulit yang bisa di gesekin ke kulit saya dia tempelin.. uuuhh intimate banget.. baru ini saya dientot stranger dengan cara kayak gini.. sambil tetep tertutup mata saya sama anduk kecil itu.. seluruh badan saya di entotin.. di ewein.. dimasukin ****** memeknya.. dan lubang anusnya di usap-usap... uuuuhhh.. dia goyangin pinggulnya pelan banget tapi gejolin memek saya.. saya bisa rasain tiap gesekan di dinding memek saya.. dan saya bisa rasain semua permukaan badan saya nempel sama badan dia..aaaaaauuuuhh... saya ngelenguh sedikit.. gak bisa nahan lagi.. dia bisik di kuping saya.. ssstttt.... enak mbaakk??... saya cuma bisa nganguk lemah gak berdaya... dia terus entotin saya.. di goyangin pinggul nya berputar-putar.. sampe akhirnya saya mulai menegang.. dan ikut bergerak bareng dia.. dia tau saya udah mau keluar lagi.. dia perkuat putaran-putaran pinggulnya.. sambil jilat-jilat pentil saya.. dan di sedot-sedot gitu.. terus dia tanya saya... udah siap keluar lagi mbak... saya nganguk.. terus dia langsung keluar masukin kontolnya pelan-pelan dan makin dalem.. sampe mentokin memek saya.. dan saya bisa ngerasa kontolnya yang gede itu makin ngembang di dalem memek saya.. saya jepit ****** gedenya itu pake otot memek saya.. dan saya ngerasa kontolnya dah mulai kedut-kedut.. uuuhhh.. saya langsung keluaaarrr... aaaaaaahhhh... dia cium bibir saya dan masukin lidahnya di mulut saya biar saya gak bersuara.. dan pantatnya yang sexy tetep genjot memek saya yang lagi kelojotan keenakan.. aahh gila banget rasanyaa.. enaaaaaaaakk bangettt.... lagi orgasme gitu.. tetep di genjot.. sampe ngilu dan berputar-putar rasanya kepala saya.. uuuhh.. terus dia sokokin makin dalem.. tetep lambat tapi lebih cepet dari yang tadi sedikit.. dan saya rasain dia keluar di dalem memek saya... langsung saya orgasme lagi... gila gw keluar 3 kali sama ni orang.. dia diem dulu ambruk di atas badan saya.. sampe kedut-kedut memek saya dan ****** dia berenti.. .. terus dia bangun pelan-pelan.. buka penutup mata saya.. saya terlentang lemas.. saya liat ke dia.. dia buka kondomnya dan buang ke tempat sampah.. dan celupin anduk penutup mata saya tadi ke baskom air hangat.. dan dia bersihin memek saya pake anduk anget itu.. gilaa nih.. service yang saya belom pernah dapet sebelumnya.. hmmmm.... not bad..
terus dia bisik lagi di kuping saya.. mau mandi mbak.. saya ngangguk.. terus dia pake baju.. dan keluar ruangan... saya terlentang disitu kecapekan.. dia masuk lagi.. dan pakein kimono ke badan saya.. dan anter saya ke tempat shower..
saya mandi.. pake air hangat.. sambil mikirin pengalaman saya yang baru aja terjadi.. gila tuh tukang pijet ngentotnya jago banget... selesai mandi saya masuk lagi ke kamar pijat.. pake baju.. gak pake bh.. karena pentil saya ngaceng terus jadinya.. karena masih terangsang sama yang tadi kali.. sakit kalo kena kain bh.. saya keluar dari ruangan.. saya liat dia nunggu saya di depan ruangan.. saya selipin uang 50 ribu ke tangannya, saya tetep kasih tip lah.. tapi ternyata dia gelengin kepala dan bilang.. gak usah mbak.. saya yang terima kasih.. hmmm.. ok.. up to you then...
saya ke luar ke reception lagi.. bayar session itu.. dan pulang ke rumah.. hmm.. jam 6, saya masih bisa tidur dulu 1 jam an sebelum siap-siap ketemu raka.. aduuh.. malem ini another session nih kayaknya.. better safe some energy then..

Kamar Rahasia




Kulit Ratna putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik: polos dan berkacamata. Seorang mahasiswi yang cerdas dan rajin -- typical seorang gadis nerd. Tidak ada yang istimewa dari Ratna -- tubuhnya kurus, dada dan pantat yang relatif kecil, selain itu -- orangnya juga alim dan sopan.

Ratna yang saat ini sedang menempuh kuliah di salah satu universitas swasta di kota S tinggal bersama ci Donna yang menyewakan salah satu dari 2 kamarnya yang kosong kepada Ratna. Penampilan ci Donna berbeda sekali dengan Ratna: di usianya yang hampir 30, ci Donna boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya -- kulit putih halus dengan ukuran toket sedang: 34. Parasnya cantik, rambut panjang bergelombang.

Rupanya, ci Donna yang sudah lama tidak merasakan belaian pria -- menyimpan; lebih tepatnya menimbun libido yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya). Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian -- tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.

Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Donna menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Donna dalam membayangkan bentuk seks yang diinginkannya. Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Ratna sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Ratna mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Ratna begitu biasa -- apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.

Apa yang dilihat pada diri Ratna adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin -- namun begitu naif. Ci Donna sendiri bertekad untuk memberinya 'pelajaran' suatu saat. Namun -- sesudah agak lama tinggal bersama Ratna, barulah Ci Donna mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu -- pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Ratna begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Donna mengetahui hal ini dari Ratna sendiri yang memandang Ci Donna sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa.

Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu -- adik ci Donna yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. 'Sekali tepuk 2 lalat' -- inilah yang ada dalam pikiran ci Donna melihat adiknya sendiri dan Ratna.

Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya -- Ci Donna sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Ratna. Biasanya, Ratna tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan 'pemanasan' terhadap adiknya. Pukul 18:30, Donna memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Donna yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula -- ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.

Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Donna tersenyum dan berkata: "Masuk saja, cici cuman sebentar koq." Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: "Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi.." Ci Donna yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul -- tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Donna membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.

Ci Donna membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas -- dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink. Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Ratna dan kamarnya sendiri.

Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan penis palsunya segala. Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya -- tanpa disadarinya, Ci Donna sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Donna hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Donna). "Sudahlah, kamu menurut saja -- toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?"

Adiknya masih ragu. Ci Donna tahu ini -- dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu. Ci Donna mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi -- ia mendesis sambil berkata: "Sss.. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!"

Sesudah berkata demikian, ci Donna memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur -- membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat. Adik ci Donna hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya. Di tengah-tengah permainan, Ci Donna melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Ratna. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.

Ci Donna menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. "Tunggu sebentar -- aku ada tugas buat kamu: bawalah Ratna ke kamar ini." Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Donna. Sementara adiknya pergi memanggil Ratna -- ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu. Begitu adiknya masuk bersama Ratna -- ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Ratna hingga jatuh ke ranjang. Ratna yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Donna yang begitu tiba-tiba tersebut. Ci Donna melucuti kaos ketat yang dikenakan Ratna dengan buas.

"Kyaa..!!" Ratna menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Donna hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya -- apalagi dengan sesama jenis! Ci Donna telah sampai pada branya. Dengan kasar, ia merenggut bra Ratna dan melemparkannya ke lantai. Ci Donna melihat sepasang toket Ratna yang kecil. "Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti.." Ci Donna melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Ratna dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.

"Pahamu putih dan mulus juga yah.." Terakhir, Ci Donna menurunkan celana dalam Ratna. Ratna tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Donna yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya. Tiba-tiba Ci Donna berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, "Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan." Adik Ci Donna menurut -- ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya.

"Jangan ci.. saya takut." Ratna yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Donna mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam. Ci Donna dengan cepat bergerak ke arah Ratna. "Diam. Mana lotionnya." Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding vagina Ratna sambil berkata: "Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Ratna dan melumasi lubang pantatnya pula.

"Ayo -- kamu lubang yang satunya!!" ci Donna memerintahkan adiknya untuk mengentot Ratna yang malang di lubang anusnya. Adiknya menurut, ia berpindah -- duduk di atas ranjang. Ci Donna memapah tubuh Ratna dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya. Ratna yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Donna yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Ratna. Bles! Batang kemaluan adik ci Donna akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Ratna yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Donna.

Rasa sakit bercampur nikmat membuat Ratna membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih "Aaa.." Ci Donna membaringkan Ratna dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang anus Ratna). "Ratna, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini." Ci Donna memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Ratna.

Ratna yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Donna -- serta batang kemaluan adik ci Donna yang menancap di lubang anusnya. Mulailah ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. demikian pula dengan rintihan-rintihan Ratna.. "Aaa.. aa.." Ratna masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.

Ci Donna tertawa melihat Ratna berusaha bertahan: "Jangan ditahan dan jangan dilawan Ratna -- nikmati saja, sayang!!" Perlahan-lahan rintihan Ratna mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi.. "Ah.. ah.. yess.. mmhh.. MM.. AAHH.." Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Ratna kehilangan kendali. Ratna yang sopan dan alim perlahan larut.. perlahan berubah menjadi Ratna yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Donna -- meracuni pikiran Ratna yang semula begitu bersih dan polos. "Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI DONNA..!! AA.. AA.. MMHH.. MM.."

Ratna menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya -- membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Donna semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Ratna semakin menikmatinya -- ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Donna. "AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini.." Adik Ci Donna menganal lubang pantat Ratna sambil meremas-remas kedua toket Ratna dari belakang, walaupun ukuran toket Ratna relatif kecil -- namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya. "Auuh.. ah.." mulut Ratna menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Donna bahwa "anak didiknya" saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.

Ci Donna mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Ratna secara alami mengikuti gerakan Ci Donna dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Ratna. Sampai akhirnya -- tubuh Ratna benar-benar menegang dan Ratna melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Donna mencabut dildo dari lubang vagina Ratna, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Donna menariknya keluar -- ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding vagina Ratna dengan dildo Ci Donna.

Adik Ci Donna juga mencabut dildonya dari lubang anus Ratna dan merebahkan Ratna yang sudah lemas di ranjang. Ratna masih memejamkan kedua matanya -- Ci Donna melepas kacamata Ratna yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. "Lain kali, kalau mau main -- jangan lupa lepas dulu kacamatanya.." Ci Donna tersenyum dan mencium Ratna, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: "Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi." Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai -- melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.

Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: "Ayo: gunakan lidahmu." Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Donna dengan hati-hati. Keenakan, c ci Donna memejamkan matanya -- nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya. Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: "Errghh.. aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!" Ci Donna benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di tengah ambang sadar dan tidak -- Donna ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. "Aah.. tunggu say -- bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punya kamuu.."

Adik Ci Donna menurut dan berhenti. Ci Donna bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya. Namun Donna cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. "Tenang saja, sayang -- kujamin kamu akan suka sekali.." Ci Donna tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya -- ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya -- dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.

Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya -- langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri. "Aaaghh.. duh, enak sekali ci.." Ci Donna meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Donna apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: "Awas ya -- pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja." Adiknya menurut, dan permainan dimulai.

Adik ci Donna memulai gerakannya dengan perlahan, "Mmm.. masih kurang, lagi dong!" Gerakan dipercepat, Ci Donna memejamkan matanya keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri. "Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh.." Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Donna minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Donna menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Donna mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.

Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Donna. Ia mulai bergerak maju mundur, "Aaahh.. mm.." Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. "Kyyaahh.. uuhh.." Tubuh ci Donna terus bergoyang-goyang -- toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Donna yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. "Oh -- susumu begitu empuk ci.." Ci Donna hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya -- dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Donna merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang -- ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.

Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. "AAHH.. AAKKUU.. MMH.." Keluarlah Ci Donna, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.

Demikian pula adik ci Donna, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Donna mengetahui hal ini -- karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu. Ci Donna berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batak kemaluan adiknya "Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang.. keluarkan -- jangan ragu.. ayo!" Ci Donna memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya. "Aih.. masih belum keluar juga.. sebentar.." Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Donna memijat buah pelir adiknya. "Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!" Ci Donna langsung mengarahkan ujung batang kemaluan adiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.

Ratna yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Donna dan adiknya. "Ci Donna.. saya juga mau..", kata Ratna sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Donna yang seksi. Ci Donna menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya. Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Ratna, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Ratna di pangkuannya. Ratna yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Donna menyentuh bibir Ratna dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.

Ratna mengerti apa yang dimaksud ci Donna, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Donna kembali tersenyum -- ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Ratna yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Donna, turun memasuki mulut Ratna.

Peju dalam mulut ci Donna sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Ratna. Ci Donna tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya.

Kembali, dengan gerakan lembut -- ci Donna memberi isyarat kepada Ratna untuk menutup mulutnya. Ratna menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Donna. "Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu. Ambillah bagianmu dan nikmatilah." Ratna menelan peju yang sudah diberikan ci Donna kepadanya. "Terima kasih ci.." Kemudian ia bangkit dan duduk -- Ratna menyentuh wajah ci Donna dengan lembut. Ratna kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Donna sambil menjulurkan lidahnya. Ci Donna yang mengerti maksud Ratna segera menyambut ciuman Ratna dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama -- dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.

Sejak saat itu, kehidupan ci Donna dan Ratna selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Ratna 'menjebak' teman kuliahnya -- entah itu pria atau wanita.
__________________

Kembang Liar Dari Madiun



Sesuai dengan perkiraanku, suatu hari, pukul 6.30 pagi, di minggu terakhir bulan Mei, kembali aku mendengar ketukan di pintu yang disusul suara salam yang lembut. Aku yakin itu suara Anneke, si kembang dari Madiun yang selama hampir 3 minggu terakhir membuat hatiku demikian menderita, limbung dan sangat merindukannya. Aku yang saat itu sedang membuat minuman untuk sarapan Mas Adit, bergegas ke depan membuka pintu. Dan Anneke langsung menghambur dan memelukku dengan sangat eratnya.
"Mbak Marini, aku kangen banget", diciumnya pipi dan ujung bibirku dengan penuh kegemasan.
Dia juga peluk Mas Adit yang kakak sepupunya. Kami langsung ajak Anneke untuk makan pagi bersama.

Anneke membawa kembali pula keindahan, kecantikkan dan sensualnya. Rasanya rumahku langsung menjadi cerah. Matahari pagi menerpa bunga-bunga di tamanku. Kupu-kupu dan kumbang beterbangan riang mengawinkan kepala putik dengan bunga sarinya untuk mengambil madunya. Sayap-sayap lembutnya kesana-kemari memotong-motong berkas cahaya matahari yang jatuh ke rerumputan basah embun pagi. Nampak setangkai kecil bunga rerumputan liar terjaga memercikkan tetes bening embun paginya. Anneke langsung menyejukkan hatiku yang duka lara. Kami ngobrol dan bercanda hingga Mas Adit siap untuk berangkat ke kantornya.

Saat aku di kamar untuk sesuatu hal Anneke masuk dan memberikan sebuah bungkusan indah.
"Oleh-oleh khusus buat Mbak".
Tanpa menunggu ucapan terima kasihku, dia langsung berkelebat meninggalkan kamar untuk menemani Mas Adit yang sedang membaca koran pagi di ruang depan. Aku penasaran, kubuka oleh-oleh Anneke itu. Kurang ajar si Anneke ini. Kutemui dalam bungkusan indah itu celana dalam dan BH kumal dengan bau kecut dan pesing yang menyengat dengan secarik kertas bertulisan.
"Mbak Marini yang jelita, Ini celana dalam dan BH baru, lho. Aku telah memakainya selama 1 minggu tanpa pernah aku lepas hingga pagi tadi sesaat aku turun dari KA dan langsung ke toilet di Stasiun Gambir. Menurut mbah dukun, ini sangat manjur untuk mengobati tangan Mbak yang sakit karena cubitanku tempo hari. Semoga bisa menyembuhkan secara kilat. Anneke, yang terus menerus merana dalam kerinduan pada Mbak Marini", Wow..
Cepat kudekapkan gombal-gombal itu ke dadaku, kutengok ke pintu nggak ada orang, kemudian kubekapkan celana dalam pesing dan BH kecut itu ke hidungku dan kuhirup dalam-dalam baunya. Oohh, Anneke-ku.

Tepat padap pukul 7.30 Mas Adit meninggalkan rumah menuju kantornya. Sesudah mobilnya menghilang di belokan gang, Anneke menarik tanganku untuk segera masuk rumah. Begitu menutup pintu depan kami langsung berpagutan dalam gairah birahi dan kerinduan yang menyala-nyala.

Anneke mendorong aku hingga sama-sama rebah ke sofa ruang tamu. Tangan-tangan kami langsung menggerilya bagian-bagian sensual tubuh kami. Kerinduan selama 3 minggu ingin kami tebus dan tumpahkan saat itu pula. Tetapi aku ingat Anneke pasti lelah sesudah perjalanan semalaman. Aku ajak dia untuk menyimpan sebagian besar kerinduan ini untuk kita tumpahkan nanti sesudah bugar kembali. Kuraih tangannya menuju ke dapur. Banyak yang menyenangkan di sana untuk kita kerjakan berdua.

Di dapur Anneke bertanya, apakah sakit akibat cubitan di tanganku sudah sembuh.
"Aku langsung buka hadiah cintamu, aku tengok kanan-kiri nggak ada orang, aku bekapkan ke hidungku dan kuhirup dalam-dalam aroma parfum Madiunmu, uh, seketika lenyap seluruh penyakitku".
Anneke tertawa tergelak-gelak. Sampai saatnya makan siang kami di dapur dan membenahi rumah sambil terus melempar bermacam humor dan tawa. Sesekali bibirnya mendarat di bibirku dan bibirku mendarat di bibirnya. Sambil membersihkan isi lemari esku Anneke membanggakan masakan Koreanya, sisa daging has-ku dia buat "bulgogi", fillet kakapku dirubah jadi "modum unthang" atau sayur kakap merah untuk penyegarnya dia buat "kimchee", acar sawi putih. Dia memang senang masak. Siang itu kami kembali pesta kecil. Kuhabiskan berbagai juice buah yang tersisa. Anneke segar kembali, tak nampak sisa-sisa perjalanannya.

Usai makan siang sambil memberikan kesempatan makanan turun ke lambung kami ngobrol di ruang keluarga. Kami duduk berhimpit saling merangkul pinggul. Kuamati wajah manis Anneke, aku mempertanyakan kenapa sih, wajah manisnya selalu saja membayang di mataku. Kuraba tulang pipinya yang meninggi kemudian lekuk pertemuan antara hidung dengan bibirnya yang sangat sensual, kemudian pinggiran bibirnya yang mencuat seksi banget. Saat ujung jariku sampai di tepian bibirnya itu tiba-tiba mulutnya cepat mencaplok jariku dan menggigitnya, aku berteriak kesakitan sambil mencubit geregetan pada paha Anneke. Ganti dia yang berteriak kesakitan dan lari menghindar. Aku bangkit menyusulnya. Anneke lari menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke ranjang. Aku menyusulnya dengan menindihnya serta langsung memagut lehernya. Dia mendongak kegelian. Tangannya menahan tubuhku tetapi kemudian berlanjut untuk memelukku. Kami bergumul. Pagutan di lehernya tak kulepaskan hingga dia mendesah dan merintih penuh kenikmatan birahi.

"Mbak Marini ngangenin banget, sih".
Sambil mengangkat sedikit tubuhku untuk menggeser lumatan bibirku dari lehernya ke bibirnya. Dan arus birahi kami mulai saling mengalir. Kami mulai melumat bibir-bibir kami. Kami saling bertukar lidah dan ludah. Erangan dan desahan menggiring nafsu birahi kami mengalir lembut seirama kecupan-kecupan antar mulut kami. Dan aku merasakan kini saatnya untuk melepas semua dendam dan luka rindu yang telah menumpuk sepanjang 3 minggu sejak kepulangannya ke Madiun. Kulepasi kancing-kancing dan kulucuti blus dan BH-nya, kulepasi kancing dan resluiting jeans-nya kemudian kuperosotkan sekaligus berikut celana dalamnya dan kutarik lepas dari tungkai kakinya. Dia juga melucuti pakaianku hingga kami sama telanjang bulat.

Walaupun aku sudah sering mengamatinya saat mengintip di pintu kamar mandinya tetapi kini saat aku langsung bisa menyentuhnya aku amat terpesona dengan pahanya yang sangat sensual. Guratan besar yang seakan muncul hanya dengan sekali tarik dari kuas pelukis membentuk kontras kontur paha Anneke diatas lembaran sprei ranjangnya yang ungu tua yang kupasang sebelumnya. Keindahannya melaju tanpa putus hingga ke lututnya dan terus melaju ke betisnya. Aku sebut saja pesona tungkai perawan Anneke.

Kemudian aku kembali melumat lehernya dengan sedikt kudorong agar memiringkan tubuhnya. Aku menciumi kuduknya kemudian menggeser ke belakang telinganya.
Aku membisikkan kerinduanku, "Anneke, ijinkan aku melumati setiap pori tubuhmu.., aku sangat merindukan kamu..".
Dia tahu aku demikian menderita merindukan dia. Dan dia tahu saat ini aku ingin bertindak dominan atas dia. Dia hanya mengangguk. Dia menyimpan suaranya untuk lebih memusatkan rasa nikmat jilatan dan kecupan bibirku pada belakang telinganya yang kemudian menyisir kembali ke kuduknya.

Kecupan dan jilatanku turun ke bawah hingga punggungnya dan belikatnya. Aku rasakan gelinjang Anneke yang meggeliat menahan kegelian yang menderanya. Aku ingin benar-benar melumat setiap pori di tubuhnya tanpa ada yang kelewatan. Untuk sementara aku hentikan eksplorasi bagian atas tubuhnya. Aku melata turun dari ranjangnya. Aku merosot ke lantai sambil meraih sebelah tungkai kakinya yang jangkung panjang itu. Aku ingin memberikan kenikmatan tertinggi untuk Anneke..

Bibirku melahap jari-jari kakinya yang sangat lembut itu. Kulumati satu-satu, lidahku menari-nari di celah-celahnya. Anneke langsung menjerit tertahan sambil menarik kuat-kuat kakinya. Namun segala upaya menyingkirkan lumatan bibirku pada jari-jari kakinya takkan kupenuhi. Dekapan kuat tanganku pada tungkainya membuat Anneke harus menyerah walaupun gelinjangnya terus menerus memberontak untuk melepas kegelian yang melanda kakinya itu. Apalagi saat lidah dan bibirku menyisir tumitnya, pinggiran dan permukaan telapak kakinya, tendangan kaki mayoret dan anggota Paskibraka ini nyaris membuatku terpental ke lantai. Dia menggelinjang hebat. Dengan nafasnya yang memburu dia juga bangkit dari tidurnya untuk membebaskan kakinya dari pagutanku. Kepalaku diraihnya untuk dilepaskan dari kakinya tetapi tidak berhasil. Rintihan yang menyayat minta ampun atas nikmat birahi yang melandanya membuat aku sendiri terbawa arus dan tenggelam hanyut oleh gelombang nafsu seksualku.

Kini aku merambat ke betisnya yang sangat aku kagumi indah dan sensualnya. Aku perlakukan betis Anneke bak porselin China. Aku menyentuhkan bibirku dengan lembut kepermukaannya. Saat aku mulai mengecupnya aku perlakukan bak anggur tua dari Chevilla. Saat aku sedikit menggigitnya aku perlakukan bak kulit telor chenderawasih burung dari surga itu. Saat lidahku mulai menjilatinya kuperlakukan bak salju yang turun ke pucuk-pucuk cemara di pegunungan Austria. Pokoknya aku serasa keliling dunia dengan betis Anneke ini. Jangan tanya lagi tentang tingkah dan perlawanan Anneke. Dia benar-benar dihantam badai dahsyat dengan gelombang nikmat birahinya yang tak bertara. Kembali dia bangkit dan merangsek dengan tenaga besarnya untuk menjambak keras-keras rambutku agar kepalaku copot dari pagutan di betisnya ini. Aku tidak menyerah. Rasa sakit dan pedih pada kulit kepalaku tidak mempengaruhi belitan tanganku pada tungkainya. Akan benar-benar kupertahankan dominasiku atasnya agar tak lepas sedikitpun. Aku tahu dia akan menggoreskan torehan luka indah pada kenangan birahinya. Aku tahu kenikmatan yang melanda dia sekarang ini tak pernah dia raih sebelumnya.

Pada gilirannya gigitan, kecupan dan jilatan lidahku merambah ke lututnya. Di sini pori dan kulitnya yang bertumpu pada tulang lutut penuh dengan saraf-saraf peka yang tak boleh begitu saja disentuh sapuan lidah. Dan saat lidahku tak mau tahu, Anneke berguling memutar tubuhnya tanpa mau kompromi lagi. Aku ikut terguling. Kali ini kaki sebelah lainnya benar-benar menendang dan menekan kepalaku. Untung aku bisa mengelak. Dengan sigap kutangkap kaki-kaki mayoret ini. Tubuhku mulai kugunakan untuk menindihnya dan jilatan lidahku kunaikkan ke ujung pahanya. Aku sedikit tambahkan tenaga pada kecupan dan gigitan di ujung pahanya. Aku mau tinggalkan cupang-cupang yang menandai kehadiranku di sana. Dan kali ini Anneke yang sudah putus asa melawanku, tingkahnya melemah.

Ah, Anneke. Kini dia menangis minta agar aku menghentikan perlakuanku padanya. Dia mohon aku sudi melepaskan pagutan-pagutanku. Dia minta agar aku menjauh darinya. Tapi dari tingkah tangannya yang tengah menjambaki dengan penuh gemas rambutku aku pastikan dia sedang memasuki keadaan trans, semacam keadaan setengah sadar yang disebabkan telah hanyut tenggelam jauh dalam ke lubuk nikmat yang paling dalam. Dia bukan ingin aku melepaskan semuanya, tetapi ingin agar aku lebih lebih mengketatkan jeratan dan pagutan-pagutanku. Dia terus menangis dengan tangannya yang terus meremasi dengan gemas rambutku. Situasiku kini lebih tenang.

Kegiatanku bersama Anneke sebelum dia mulai bekerja adalah seks, seks, seks dan seks. Kami benar-benar memuas-muaskan diri tanpa jeda, kecuali menyiapkan makan pagi bersama Mas Adit, nyiram pohon dan bunga di pagi hari, masak untuk makan hari itu. Anneke sendiri melakukan kontak telpon kesana-sini dalam kaitan persiapan masuk kantornya.
Untuk mengisi waktu sementara menunggu masuk kantor barunya Anneke minta aku menemani ke beberapa tempat rekreasi yang sangat dikenal oleh masyarakat di kotanya. Sesudah ke Taman Mini, Dufan dan Sea World di Ancol, dia pengin mengunjungi Pulau Bidadari di Kepulauan Seribu. Dengan se-ijin Mas Adit, pada pagi-pagi hari jam 6.30, kami telah siap di dermaga Marina Ancol untuk diantar speedboat menuju ke pulau Bidadari. Karena hari itu adalah hari kerja tidak banyak tamu yang menuju Pulau Bidadari. Saat naik ke speedboat baru ketahuan hanya ada 2 rombongan, pertama kami ber 2 orang dan yang lain adalah seorang ibu muda dengan 2 putra dan putrinya yang masih remaja. Selama di speedboat kami tidak bisa banyak bicara. Suara mesin dan gelombang yang pecah oleh speedboat kami lebih keras dari omongan kami.

Ternyata perjalanan lautnya sangat pendek. Sekitar 10 menit dari dermaga Marina Ancol kami sudah merapat di dermaga Pulau Bidadari. Dengan gaya pakaian kahs Hawai yang telah kami sandang sejak dari Marina Ancol tadi, kami turun dengan tas cangkingan berisi pakaian cadangan mengikuti petugas yang menjemput kami untuk masuk ke cottage sesuai dengan pilihan kami, sebuah bangunan beratap jerami, berdinding gedek bambu dengan beranda yang santai menghadap ke laut. Nun jauh disana nampak pulau Edam dengan mercu suarnya yang gagah menjulang.

Dengan hanya memakai BH dan lilitan kain berkembang-kembang, kami duduk diberanda bak orang-orang kaya yang sudah memiliki segalanya. Beberapa saat kemudian kami dengar suara kentongan tanda makan pagi telah siap dihidangkan. Ini merupakan paket tour lengkap meliputi sarana transportasi, akomodasi termasuk makan minum 3 kali sehari. Dan nampaknya karena hanya ada 2 rombongan kecil, mereka menyambut kami dengan sedikit lebih dari hari-hari saat banyak tamu memenuhi pulau ini. Hal itu nampak atensi mereka pada setiap tamunya. Saat seperti ini mereka berkesempatan untuk menunjukkan keramahan pelayanannya secara maksimal.

Di ruang makan yang terbuka untuk menikmati panorama dan angin laut kami jumpa lagi teman kami rombongan yang lain, si ibu muda, yang selanjutnya kami memanggil dia dengan Mbak Ambar, dengan putra-putri remajanya tadi. Dan karena memang tidak ada tamu lain, kami langsung saling akrab. Mbak Ambar, yang usianya kuperkirakan sekitar 32 tahunan, nama lengkapnya adalah Ambarwati adalah campuran China Pontianak dan ibunya orang Jawa. Saat ini sedang dia bersama anaknya datang ke Jakarta untuk menghadiri acara hajatan keluarga besarnya. Seperti halnya Anneke selama seminggu di Jakarta mereka mengisi waktu, dengan mengunjungi tempat-tempat rekreasi khususnya rekreasi kelautan yang memang merupakan kesenangan utama anak-anaknya.

Sang ibu menceritakan bahwa anak-anak remajanya itu sangat senang menaiki perahu selancar. Di Pontianak mereka telah berhasil mengumpulkan beberapa piala lomba selancar antar pelajar. Ketika mereka mendengar bahwa pulau Bidadari juga menyediakan pelayanan bagi para pecinta perahu selancar, anak-anaknya minta diajak berkunjung ke pulau ini. Dan kami memang telah melihat, petugas pulau sedang sibuk menyiapkan perahu selancar untuk anak-anak ini. Mereka akan berlatih dan bermain didampingi para pelatih yang disediakan oleh managemen pulau ini. Anak-anak itu nampak sudah tidak sabar untuk selekasnya terjun ke laut. Dan sang ibu nampak sangat bahagia melihat semangat anak-anaknya dan merasa aman karena pelayanan pulau Bidadari yang ramah, lengkap dan aman.

Aku dan Anneke sendiri lebih memperhatikan ibunya. Kami sepakat untuk berpendapat bahwa ibu muda yang saat ini memakai celana pendek dan blus katun casual yang putih bersih kecantikkannya cukup mempesona. Kulit Pontianak yang banyak dipengaruhi kulit China itu sangat nampak pada penampilan mereka. Sesudah selesai sarapan dan ngobrol sana-sini kami berpisah. Aku dan Anneke berniat mengelilingi pulau. Kami dapat petunjuk dari petugas untuk mengikuti jalan setapak kalau ingin mencapai beberapa obyek dan lokasi yang menarik di seputar pulau itu.

Sesudah agak menjauh kami saling memeluk pinggang kami dengan sesekali bibirku mendarat di bibirnya dan bibirnya mendarat di bibirku. Kami menganggap dan merasa perjalanan ini akan menjadi wisata seks dan bulan madu kami. Jalan setapak ini menuntun kami menuju sebuah benteng kuno peninggalan VOC. Tampaknya sangat artistik sekali. Kami menaiki tangga batu bata kuno hingga tiba di sebuah ruangan bulat yang sudah hancur dan terbuka. Terasa sepi di sana. Angin laut menggoyang pepohonan di sekitarnya, dari tempat itu kami melihat jauh ke utara nampak pulau Seribu di kejauhan. Anneke memepetkan aku ketembok Kompeni itu dan melumat bibirku. Aku menyambutnya dengan penuh gairah. Kami saling melumat dan bertukar lidah dan ludah. Tangan-tangan kami saling meremas dan terkadang mencubit kecil atau mencakar bagian-bagian erotis kami. Kami termanjakan oleh suasana di sekeliling kami. Sungguh sangat romantis rasanya.

Kami sedang asyik berpagutan saat suara langkah kaki lembut terdengar, dan saat kami berpaling, ternyata Mbak Ambar, ibu dari 2 remaja itu telah berada di teras benteng tua ini.
"Ehh, maaf, saya mengganggu?", dia nampak kaget.
"Eeh.. nggak, silahkan Mbak", Anneke cepat menyahut.
Aku merasa tertangkap basah. Tetapi Anneke justru tidak, dia bertanya pada ibu cantik itu dengan santai.
"Mau joint?", gila Anneke ini.
Apakah dia sudah memikirkan apa yang dia ucapkan itu? Tetapi yang lebih mengagetkanku adalah jawaban yang disertai senyuman manisnya si ibu muda itu.
"OK, kenapa tidak. Anda berdua sangat cantik dan menarik hatiku. Sejak di speedboat tadi aku sudah berniat untuk mendekati dan bisa enjoy bersama anda", sambil dia mendekat hingga Anneke bisa meraih pinggulnya dan langsung mendaratkan bibirnya di bibir Mbak Ambar, si ibu 2 putri itu.

Aku sepenuhnya mengakui Mbak Ambar ini memang cantik dan memiliki sex appeal yang tinggi. Dan lebih dari itu dia nampak sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual dengan sesama perempuan. Pagutan Anneke disambutnya dengan panas. Dia memutar-mutar kepalanya untuk mendapatkan lumatan yang lebih dalam. Dan Anneke mengejutkan aku dengan ke-liar-annya. Tangannya langsung merogoh buah dada ibu itu dan meremasinya. Aku mulai mendengar lenguh dan desahan ibu cantik ini, yang tangannya juga menggapai pantat Anneke dan meremasinya. Aku jadi ikut terhanyut. Tetapi aku mencoba menahan diri untuk tidak melakukan intervensi.

Ketika nampak makin memanas Anneke menghentikan lumatannya dan melepas remasan di buah dadanya. Dia dorong ibu itu untuk ganti memeluk aku. Dan tak urung, aku langsung terlibat dalam nafsu birahi cinta segi 3 bersama mereka. Tangan Mbak Ambar yang langsung merogohi BH-ku dan meremasi buah dadaku membuat aku menggelinjang dalam nikmatnya birahi cinta segi 3 ini. Terus terang bermain cinta ber-3 macam ini bukan hal yang pertama kali buat aku, tetapi melakukan di alam terbuka dan disebuah pulau macam ini merupakan sensasi sendiri yang baru kali ini aku mengalami. Sangat eksaiting.

Anneke tak mampu menahan dirinya. Dilepasinya celana pendek Mbak Ambar dan diperosotkannya hingga ke ujung betisnya hingga tinggal celana dalamnya yang juga putih bersih membungkus bokong sensualnya Mbak Ambar. Anneke langsung menciumi bokong seksi itu. Hidungnya didesak-desakkannya ketepian celana dalam seakan ingin meraup seluruh aroma bokong Mbak Ambar. Mulut Mbak Ambar yang sangat wangi mendesis dan memagut bibirku dengan sangat binalnya. Dia melampiaskan kenikmatan ciuman Anneke di bokongnya dengan cara melumat dalam-dalam mulutku. Dia peluk pundak kemudian punggungku. Dan aku menerima kenikmatan itu dengan langsung mengembalikan kenikmatan pula kepada Mbak Ambar. Tanganku kiriku meraih nonoknya yang kulihat begitu menggunung sementara tangan kananku masih terus meremasi buah dada dan pentilnya. Angin laut Pulau Bidadari menjadi saksi desahan dan rintihan nikmat kami ber-3. Dan di kejauhan sana di tengah laut nampak putra-putri Mbak Ambar sedang mengadu kecepatan perahu selancarnya didampingi pelatihnya.

Ketika akhirnya Anneke melepasi celana dalam Mbak Ambar juga dan menenggelamkan wajahnya ke celah bokongnya, Mbak Ambar tak tahan lagi untuk meraih kepala Anneke, menarik rambutnya dan mendesakkan celah pantatnya agar wajah Anneke lebih dalam tenggelam ke pantatnya. Bokong dan pinggul Mbak Ambar bergoyang maju mundur dan sedikit naik turun menahan kegekian nikmatnya merasakan jilatn dan kecupan Anneke di celah bokongnya itu.

Kami para perempuan kalau dilanda nikmat birahi mulutnya tak bisa diam dengan mengeluarkan suara yang nyaring bernada tinggi. Kini di tengah bangunan tua VOC dan hutan kecil di Pulau Bidadari ini 3 suara perempuan yang ditimpa nikmat birahi saling bersahutan bak burung-burung pipit mencari sarangnya. Dan aku menyusul dilanda ketidak sabaran pula. Merasakan remasan tanganku pada jembut Mbak Ambar yang demikian rimbun melebat menutupi nonoknya yang menggunung aku menjadi sangat tergoda. Aku bergerak jongkok untuk menciuminya.

Aku langsung membenamkan wajahku ke selangkangan Mbak Ambar dan bibirku menjemput nonoknya yang tersembunyi di balik jembutnya yang tebal ini. Seketika hidungku menyergap bau nonoknya yang sangat wangi itu. Lidahku berusaha mencari kelentitnya untuk aku isap dan jilati. Aku bisa membayangkan bagaimana derita nikmat yang harus di tanggung Mbak Ambar saat di pantat belakang wajah Anneke terbenam di sana dan di selangkangannya aku terbenam di situ. Tangan kanan meremasi rambut Anneke dan tangan kirinya meremasi rambutku. Dia mendesah dengan hebatnya sambil pinggul dan pantatnya terus menggelinjang-gelinjang menahan terpaan nikmat birahinya.

Aku sudah menangkap cairan birahinya yang asin mulai meleleh keluar dari lubang vaginanya. Tanganku kini mulai melakukan eksplorasi pada lubang kemaluannya dan aku rasa tangan Anneke pun sudah sibuk untuk berusaha menembusi lubang anal Mbak Ambar. Saat jari-jariku menusuk masuk ke vaginanya yang semakin membasah kudengar suara lenguhnya yang disertai jambakkan tangannya pada rambutku yang semakin menyakitkan kulit kepalaku. Aku sogok-sogokkan jari-jariku ke lubang itu sambil lidah dan bibirku terus mengulum, menciumi dan menyedoti bibir vagina dan kelentitnya. Sementara Anneke sudah demikian asyik menjilati dan mengecupi lubang anus Mbak Ambar yang terdengar dari suara-suara kecupannya.

"Sudah, sudah, sudah, aku nggak tahan lagi, sudah, sudah..", terdengar permohonan Mbak Ambar penuh harap.
Anneke menghentikan desakan lidah di lubang duburnya dan bangkit berdiri, demikian pula aku melepaskan tusukkan dan jilatan jari dan lidahku dari nonoknya. Tenyata keinginan kami sama, aku dan Anneke langsung berpagutan, aku menciumi aroma wajah dan bibirnya yang barusan tenggelam di belahan pantat Mbak Ambar, dan Anneke berusaha menyedoti bibir dan mulutku yang sebelumnya tenggelam dalam nonok Mbak Ambar.

Rasanya kami memerlukan tempat yang lebih mungkin untuk tingkat lanjutannya yang lebih jauh menuju menuju puncak-puncak nikmat birahi. Dan Mbak Ambar sendiri saat ini masih terpecah perhatiannya pada anak-anaknya yang nampaknya sedang bergerak menepi untuk naik ke dermaga.


Makan siang di Pulau Bidadari terasa sangat nikmat. Juru masak menyajikan ikan kerapu bakar dengan sambalnya yang sangat sedap, 2 buah lobster besar yang dikukus dan diberi saus tiram dengan tomat dan lada hitam, salad mangga campur udang kukus. Kulihat putra-putri Mbak Ambar sangat kelaparan sepulang berselancar tadi. Kami makan enak secukupnya. Aku sendiri tidak makan terlampau banyak, pikiranku ke sedapnya nonok Mbak Ambar tadi membuat makanku tidak begitu berselera. Sementara Anneke yang memang dasarnya gembul, senang aku makan sedikit, dia habiskan ikan bakar dan bersihkan kepala lobster yang masih sarat berdaging itu Saat dia menjilati tempurung lobster yang kemerahan oleh bumbu tomat itu aku bayangkan bagaimana sedapnya dia menjilati celah bokong Mbak Ambar tadi. Aku menelan ludahku.

Beberapa saat sesudah selesai makan aku lihat Mbak Ambar ngomong-omong dengan manager pulau dan anak buahnya. Mereka akan ke pulau Edam untuk mengambil bubu ikan yang secara rutin setiap minggu diambil hasil tangkapannya. Anak-anaknya kepingin ikut untuk snorkeling di sana. Mbak Ambar tidak kuatir dengan anak-anaknya yang sudah sangat paham tentang hal-hal yang berkaitan dengan laut. Mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh selama melakukan skin divingnya. Anak-anak yang juga akan didampingi kembali oleh petugas yang memang khusus melayani tamu-tamu pulau untuk snorkelling atau skin diving di sekitar Kepulauan Seribu ini. Tentu saja Mbak Ambar memerlukan kepastian menyangkut keselamatan dan keamanan anak-anaknya. Dan itu berarti dia bisa leluasa untuk bercumbu dengan aku dan Anneke tanpa harus khawatir tentang anak-anaknya.

Kini sambil menyaksikan persiapan dan menunggu keberangkatan mereka kami bertiga duduk di pasir putih di bawah pohon ketapang yang teduh. Kami benar-benar dirundung dendam birahi sejak percumbuan ber-tiga yang terhenti di benteng tua VOC tadi. Setiap kali mata-mata kami saling menatap penuh rindu dan khayal untuk selekasnya bisa saling menyentuh kembali. Kami telah memadu janji bahwa sepanjang waktu di Pulau Bidadari ini merupakan waktu-waktu cinta segi 3 kami yang tak akan terpisahkan.

Tiba-tiba kami tergiring untuk melakukan aktifitas seksual secara terbatas dalam bentuk saling berpandang mata, saling menyentuh dan saling membisikkan kata-kata cinta dalam bahasa erotis penuh nyala birahi. Orang-orang yang bercinta lewat phone sex atau chatting atau mailing, adalah orang-orang yang memiliki kreatifitas dan daya imaginasi tinggi untuk melakukan eksplorasi birahi hanya berdasarkan suara atau tulisan partnernya. Adapun yang kami lakukan kini memiliki kondisi dan sarana yang jauh lebih lengkap. Kami bisa saling memandang berdekatan, saling menyentuh halus dan saling menunjukkan ekspresi wajah dalam menyatakan ungkapan cinta kami tanpa mengundang kecurigaan orang-orang lain di sekitar kami. Dengan mengeksploitasi daya kreatifitas dan imajinasi seksual, kami langsung terhanyut dalam cinta pandangan mata, sentuhan dan ungkapan kata-kata penuh nafsu birahi. Tamparan-tamparan erotis langsung melanda perasaan kami. Derita dan siksa nikmat langsung merampas degup jantung dan nafas-nafas kami.

Begitulah yang terjadi saat Mbak Ambar menyibak rambut Anneke, meniup telinganya dan berbisik, maukah Anneke dengan tetap memakai celana dalamnya menduduki wajahnya? Kemudian bolehkah dia menghirupi aroma, mencium dan melumati celana dalmnya hingga kuyup oleh ludahnya? Anneke sesaat memandang Mbak Ambar kemudian menengok ke aku kemudian meremas tangan Mbak Ambar dan menjawab dalam bisikkan pula. Anneke akan memenuhi permintaan Mbak Ambar apabila aku bersedia melepasi celana dalamnya yang kuyup oleh ludah Mbak Ambar untuk kemudian mengisep-isep basahnya.

Hatiku yang tergetar mendengar seronok Anneke ganti bertanya dalam serak tenggorokanku, maukah Mbak Ambar membuang hajatnya di depanku dan Anneke, kemudian memberikan pantatnya kepadaku untuk kuceboki dengan lidahku. Kutambahkan pula agar Anneke terlebih dahulu meludahi lubang pantat dan bukit bokong Mbak Ambar sebelum aku mulai menjilatinya?

Mendengar suara serakku Anneke langsung cerah wajahnya, dia sangat terangsang dengan ungkapan-ungkapan erotis cinta ala hewaniah yang keluar dari mulutku. Dan kini hak Anneke untuk bicara, bahwa dia mau melakukan apa yang aku minta apabila aku bersedia mengencingi mulutnya. Dia sangat kehausan dan ingin minum langsung dari pancuran kencingku.

Mendengar ucapan Anneke aku menggelinjang, aku merasakan nonokku membasah. Aku melihat Mbak Ambar juga sangat gelisah. Dia menyambung bahwa dia akan membuang hajatnya di depanku dan Anneke asal tangan-tangan lentikku mau meremasi kotorannya dan membersihkan serpihan yang menempel di jari-jariku dengan lumatan mulutku seperti seseorang yang sehabis makan membersihkan makanan yang tertinggal di jari-jarinya. Anneke kembali menyambung bahwa dia juga ingin meremasi kotoranku kemudian mengusapi tubuhnya dengan tangannya yang penuh serpihan kotoran tersebut.

Dengan matanya yang dirasuki nyala birahi, Mbak Ambar kembali berbisik, maukah aku jadi budaknya? Dan menjadikan wajahku sebagai alas kakinya? Bersediakah aku setiap pagi menunggu Mbak Ambar melepas hajat paginya kemudian memandikan dia dengan lidahku dengan cara menjilati lehernya, ketiaknya, selangkangannya dan seterusnya hingga seluruh celah tubuhnya bersih oleh lidahku?

Ah, benar kata para ahli cinta. Apabila seseorang sedang jatuh cinta, maka apapun yang keluar dari tubuh orang yang dicintainya akan nikmat rasanya. Dan walaupun masih sebatas kata-kata tentang aroma ketiak, wanginya selangkangan, aroma pantat dan dubur, rasa kecut dari kuning pekat celana dalam atau BH yang belum dicuci, asin keringat, manis atau gurihnya ludah, pesingnya air kencing bahkan juga bau dan rasa kotoran dari orang yang dicintainya, aku langsung merinding dan bergetar saat mendengar ucapan Mbak Ambar padaku. Jantungku berdegup kencang membayangkan bagaimana aku melumati anusnya yang masih tersisa serpihan-serpihan kotoran beban paginya. Aku memandang Mbak Ambar dengan penuh nanar. Nonokku langsung membasah oleh cairan birahiku.

Demikian pula Anneke, saat mendengar bisikkan Mbak Ambar untukku dia langsung gemetar menahan gelegak nafsunya.. Aku tak tahan melihat bibirnya yang terbuka menunggu bibirku melumatinya. Dia meremas dan mencakar betisku menahan desakan birahinya sambil menyambung bisikannya.
"Mbak Marini, aku ingin kembali minum langsung dari memek Mbak, saat cairannya membanjir dari orgasme yang Mbak peroleh".
"Dan sudikah Mbak Marini kencing di depanku dan Mbak Ambar?".
"Kami ingin mencuci muka kami dan minum air kencing Mbak Marini".
Mbak Ambar yang mendengar bisikan Anneke menggigit bibirnya. Dia memandang aku dan mengerdipkan matanya yang mentatakan keinginannaya sebagaimana yang dikatakan Anneke. Bahkan dia setuju dan memperdengarkan kembali suara lembut dari bibirnya.
"Nanti Anneke dan Mbak Marini ikut saat aku buang air besar. Aku tidak akan cebok kecuali dengan lidah Mbak Marini".
"Dan aku akan meludahi dulu bokong dan lubang dubur Mbak Ambar sebelum Mbak Marini menjilatinya", sergah Anneke.

Demikianlah omongan kami yang meloncat-loncat liar dan acak-acakan tetapi sarat dengan pesan nafsu birahi yang penuh rindu dendam. Ucapan-ucapan seronok dan kotor yang keluar dari mulut-mulut mungil dan cantik kami mendongkrak libido dan membuat darah dan hati kami panas-dingin.

Perahu di dermaga nampaknya telah siap untuk bertolak, Mbak Ambar bergegas mendekat untuk melepas anaknya, aku lihat betapa bokongnya yang sintal semakin sintal dengan celana hotpants putih lembutnya. Sungguh dia menjadi bidadari di Pulau Bidadari ini. Tangan Anneke meremasi jemariku yang langsung kutarik ke mulutku, kulumati jari-jarinya, dia mendesah.
"Mbak Marini, aku ingin ngentoti pantat Mbak Ambar, aku ingin melahap pahanya, betisnya. Aku dendam banget dengan kecantikannya. Rasanya aku tak mau terpisahkan darinya".

Sementara perahu menuju ke Pulau Edam bergerak menjauh, Mbak Ambar berteriak memanggil kami,
"Ayo, kita keliling pulau lagi", kami tahu maksudnya.
Anneke bangkit dan mengangkatku berdiri. Kami mengikuti jalannya Mbak Ambar. Sesiang itu kami habiskan waktu untuk saling bercumbu di tempat-tempat sunyi sekeliling pulau sambil menikmati segarnya angin laut Kepulauan Seribu.
Dan saat aku kebelet untuk kencing dengan sepenuh nafsu Mbak Ambar dan Anneke benar-benar berebut menampung dengan tangannya kemudian meminumnya dan mencuci tubuh mereka dengan air kencingku. Demikian pula ketika Mbak Ambar kebelet kencing aku dan Anneke minum kencingnya, bahkan Mbak Ambar langsung menyiramkan pancuran kencingnya ke mulut dan tubuh kami. Cairan pekat kuning itu meresap ke BH-ku. Aku sengaja simpan dan tak pernah mencucinya hingga kini.

Waktu malamnya Mbak Ambar tidak bisa menyertai kami. Dia mesti bersama anaknya di pondoknya. Aku dan Anneke menghabiskan malam dengan penuh cumbu rayu, telanjang melepas semua baju-baju, dengan membuka semua jendela dan pintu-pintu. Alam pulau dan laut Pulau Seribu yang ramah memberikan kepuasan rindu birahi pada kami. Beberapa kali kami meraih orgasme.

Pagi harinya, saat matahari terbit memancar menghangatkan tubuh kami yang tergolek berjemur di bangku-bangku panjang di depan pondok kami Mbak Ambar datang.
"Hey, aku habis buang air dan belum kubersihkan pantatku".
Kami langsung tahu dan ingat akan janjiku yang selalu siap jadi budaknya untuk membersihkan beban paginya. Anneke langsung bangkit dan menarik tanganku mengikuti Mbak Ambar memasuki cottage kami. Dan pagi itu sesudah Anneke membuang ludahnya di seputar lubang dubur Mbak Ambar dia mengambil dildonya untuk dimainkan kedalam kemaluannya sambil mendekatkan wajahnya untuk menyaksikan bagaimana aku melaksanakan janjiku. Dan Mbak Ambar sendiri langsung menggelinjang sambil mendesah dan merintih saat lidahku menyentuh analnya.Tangan dan jari-jarinya menggosok-gosok dan mengocoki bibir dan lubang kemaluannya dengan cepat.

Aku merasakan sebuah sensasi erotik penuh nafsu hewaniah yang demikian mendesaki libidoku. Aku menjalankan tugasku dengan sangat sangat terhanyut hingga aku mendapatkan orgasmeku walaupun tak ada yang menyentuh nonokku. Aku langsung jatuh terkulai. Aku mendapatkan kepuasan tak terperi dari apa yang diberikan Mbak Ambar padaku. Masih sempat kudengar desahan dan rintihan histeris dari bibir-bibir cantik Mbak Ambar dan Anneke yang disertai tangan dan jari-jari mereka yang bergerak-gerak cepat menggosok dan menusuki kemaluannya. Mereka sedang diburu nafsu birahinya yang sekaligus mengejar orgasmenya. Dan beberapa detik kemudian Mbak Ambar dan Anneke menyusul rubuh terkulai di sampingku. Itulah sarapan pertama kami sebelum kentongan restauran pulau memanggil untuk sarapan bersama. Dan itu pulalah kesempatan pertamaku yang kulakukan dengan penuh terpaan sensasi erotikku. Aku benar-benar merasakan betapa cintaku pada Mbak Ambar tak bisa kuungkapkan dalam kata-kata lagi. Dan dengan cintaku yang menggebu itu apapun yang keluar dari tubuh Mbak Ambar terasa sedap bagiku.

Pagi itu sesudah selesai sarapan pagi bersama di restoran yang ramah itu kami bersiap untuk kembali ke Jakarta. Kami tak sempat bercumbu lagi dengan Mbak Ambarwati, tetapi pertemuan dengannya memberikan aku khasanah baru, apapun yang keluar dari dia, merupakan kenikmatan erotis yang tak pernah kulupakan.

Sepanjang pelayaran pulang menuju Jakarta kami menyaksikan kebahagiaan keluarga manis-manis itu. Mbak Ambarwati, ibu muda yang cantik penuh pesona bersama putra-putrinya yang jago layar dan snorkelling telah mendapatkan kesenangan dan kegembiraannya.

Sementara itu Anneke dan aku berbahagia karena pengalaman baru yang kami dapatkan dari Pulau Bidadari selalu menyertai saat saling melepas rindu birahi. Hal-hal yang kami alami bersama Mbak Ambar di pulau itu kami lakukan kembali saat kami tenggelam dalam cumbu. Dan Anneke kembang liar dari Madiun itu kian nampak matang dan dewasa. Dia bukan lagi sekedar seorang mayoret yang mempesona atau anak Paskibraka yang sensual, tetapi Anneke telah siap menjadi seorang perempuan eksekutif di kantornya yang baru di Jakarta.

Besok dia sudah mulai masuk kerja. Dia kini berkonsentrasi penuh untuk memulai karirnya sebagai seorang professional yang menuntutnya untuk selalu enerjik, penuh kreatifitas dan imajinasi.