Pagi Hari




Sesaat aku terkejut ketika Yuyun telah menanggalkan busananya di hadapanku, aku hanya terdiam diri dengan terpaku oleh keindahan tubuhnya. Yuyun adalah kakak pacarku yang bernama Naning. Kami sering berbicara, jalan-jalan bareng, makan, dan lain-lainnya. Mungkin aku sudah dianggap keluarga, makanya setiap aku berkunjung ke rumah Naning sudah seperti rumah sendiri. Masuk sesuka hati dan melakukan apa saja tidak apa-apa sebatas itu kewajaran.Yuyun sudah memiliki suami, tetapi entah kenapa hubungan mereka tidak harmonis layaknya sepasang suami istri. Aku mengetahuinya setelah Yuyun menceritakan kisah kehidupannya, dan hampir sering diceritakan apa yang terjadi setiap harinya. Karena Yuyun selalu menelepon ke rumahku, itu biasa dilakukannya apabila dia sedang bekerja di kantor pada saat jam istirahat.

Kejadian ini bermula ketika dia berkunjung ke rumahku, sebelumnya dia meneleponku apa aku ada di rumah atau tidak.
“Dhun.. hari ini apa tidak ada acara?” tanyanya kepadaku.
“Tidak ada sih, emangnya ada apa Yun?” tanyaku balik.
“Nggak pa-pa, kalau tidak ada boleh nggak aku maen ke rumahmu?” sambungnya.
“Oh, nggak pa-pa.. kalau maen ke rumah, silakan aja,” jawabku.
“Tapi saya datangnya sendiri, nggak bersama adikku (maksudnya Naning).”
“Oh ya, kutunggu ya..” jawabku.

Setelah telepon ditutup, aku hanya diam sambil mengerutkan dahi, memikirkan ada apakah gerangan. Mudah-mudahan saja tidak ada sesuatu yang terjadi ucapku dalam hati, dan aku bersiap menyambutnya dengan membersihkan kamarku. Perlu diketahui bahwa aku dan Naning sering bermain seks di kamarku, dan itu hampir setiap hari apabila Naning sepulang kuliah mampir ke rumahku untuk mengambil jatah. Barang-barang Naning kusembunyikan agar sang kakak tidak mengetahui ada barang adiknya, seperti kutang, celana dalam, baju dan semua keperluan wanita ada di kamarku.

Kamar belum selesai kubersihkan kudengar ada yang datang, aku terkejut rupanya yang datang adalah Yuyun. Langsung aku gelagapan dengan kedatangannya, kupikir paling agak siangan datangnya. Sedangkan aku belum mandi dan masih ada pekerjaan lain yang harus kuselesaikan, di rumahku apabila pada pagi hari sampai sore rumah dalam keadaan kosong, hanya aku yang ada di rumah.

“Wah, lagi membersihkan kamar ya?” tanyanya yang membuatku terkejut, karena persis di hadapan wajahku dia berbicara begitu aku membalikkan badan. Harumnya sampai tak bisa kulupakan sampai sekarang, adiknya saja harumnya sudah membuatku terlena apalagi sang kakak yang sudah berpengalaman dalam hal mengurus tubuh.
“Iya nih, lagi bersih-bersih,” jawabku, “Nggak kerja nih Yun?” tanyaku.
“Iya, ntar lah belom lagi, kali-kali telat nggak pa-pa kan?” jawabnya dengan suara menggoda sambil melangkahkan kaki ke dalam kamarku. Yuyun langsung duduk di atas kasur dengan mengepitkan kedua pahanya bersilang, terlihatlah paha putih mulus di hadapanku. Dengan berpakaian dinas yang dikenakannya saja sudah membuatku berdegub kagum apalagi tanpa mengenakan busana? tanyaku dalam hati. Aku hanya dapat berimajinasi membayangkan yang ada di hadapanku. Sambil berjalan di hadapannya aku bertanya, “Gimana kabarnya Mas Patria?”
Yuyun merebahkan badan di atas kasur dan menjawab, “Nggak tahulah Dhun, mungkin aku mau minta cerai aja.”
Aku berkata, “Jangan langsung begitu dong Yun.. ntar gimana dengan keluargamu dan juga dengan dirimu sendiri?”Jawabnya hanya singkat, “Nggak tahulah.. aku sudah pusing dibuatnya, Dhun. Mending kita omongin yang lain aja,” ajaknya.
Aku hanya menganggukkan kepala sambil mendekatinya kira-kira 1 meter dari tempat dia tidur.

“Oh ya, mau minum apa nih?” tanyaku.
“Terserah aja Dhun, kalo bisa yang hangat-hangat, soalnya pagi itu dingin sekali.”
Aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan minumannya, setelah itu aku balik ke kamar. Kulihat dia membersihkan kamarku, kulihat dari belakang indah sekali tubuhnya yang dilapisi dengan pakaian kerja yang ketat.

“Aduh.. jangan dibersihkan.. entar aku aja yang bersihkan, ngerepotin aja nih.” kataku sambil menaruh minuman hangat di atas meja.
“Ngak pa-pa.. kok, itung-itung amal,” katanya.
“Diminum airnya ya, aku mau mandi dulu, nggak enak nih baunya,” kataku.
“Ya.. silakan aja mandi dulu ntar kita bicaranya biar bisa lebih seger.” jawabnya.
Aku berjalan menuju kamar mandi sambil terburu-buru meninggalkan kamarku, dalam hatiku asyik juga pagi-pagi sudah ada yang nyamperin, cewek cantik lagi. Kataku dalam hati.

Begitu selesai mandi aku langsung berlari menuju ke kamarku, alangkah terkejutnya aku apa yang kusaksikan tepat di depan mataku. Aku hanya terdiam menyaksikan pemandangan yang ada di hadapanku, sampai-sampai aku tidak sadar bahwa aku masih agak separuh basah dengan handuk hanya menutup bagian alat vitalku. Yuyun tepat berdiri di depanku dengan mata yang bersinar, aku terdiam sejenak. Bermimpikah aku ini? Ternyata tidak, Yuyun menarik handukku dan berkata, “Nah sekarang kita udah sama-sama tanpa busana kan?” Katanya sambil menarik tanganku menuju tempat tidur. Aku hanya terdiam sambil mengikutinya tanpa tahu harus berbuat apa, dan bingung melihat Yuyun seperti ingin melahapku. Aku dihempaskan di atas kasur dan langsung menindih tubuhku, tubuhku yang dingin terasa hangat seketika karena suhu tubuh Yuyun mengalir di sekujur tubuhku. Yuyun sambil menggerakkan pingulnya seakan ingin membangkitkan gairahku, sebenarnya dari pertama kali Yuyun datang aku sudah bernafsu sekali ingin menikmati tubuhnya, tapi karena dia calon kakak iparku, aku hanya bisa menghayalkan untuk bisa menikmatinya. Tapi sekarang Yuyun tepat di atas tubuhku sambil menjilati tubuhku yang setengah basah oleh air. Aku tak tahu apa yang kurasakan saat itu, tapi dalam benakku, ini adalah kesempatanku atau suatu ujian untukku?

Melihat Yuyun dengan nafsunya yang membara, aku tidak mau kalah dengan permainannya. Aku langsung mengangkat tubuhnya ke atas, dan langsung melumat bibirnya. Sejenak kami berhenti melakukan aktifitas, dan Yuyun berucap, “Puaskan aku Dhun.” katanya dengan nafas setengah berhenti. “Ya Yun..” kataku dengan kata yang membingungkan. Selanjutnya kami melakukan pergumulan yang tak terbendung lagi, karena kami sama-sama haus kenikmatan.

“Apakah Naning tidak marah dengan perbuatan kita ini Dhun?” tanyanya sambil menatap mataku.
Jawabku hanya singkat, “Tak usah dipikirkan, aku akan membuat kamu puas dan tak akan pernah kamu lupakan.”
“Benar Dhun?” tanyanya lagi.
“Yaa..” dan aku langsung melahap puting susunya yang sudah menantangku sejak tadi. Tangan kananku bergerak ke paha dan bokongnya yang berisi, empuk ntah apa namanya, tanganku terus bergerak untuk mencari-cari daerah yang membuatnya nikmat dan membuatnya nyaman. Sedangkan tangan kiriku sudah sedari tadi menempel di susunya yang montok, dan mulutku terus memainkan lidah di puting susunya. Kulihat Yuyun sudah mulai terangsang, dengan mendengarkan suaranya yang menahan kenikmatan yang dirasakanya. “Ssstt.. ach..” terdengar dari mulutnya yang masih terlihat merah meskipun agak memudar dengan lapisan lipstiknya. Tapi kuyakin bahwa dia merasakan nikmat dengan perlakuanku seperti ini.

“Teruskan Dhun, yang keras isapnya, teruskan..” dengan nafas terputus-putus, aku semakin menegang dengan gerakannya yang seperti orang kehilangan kendali. Sekali-kali aku menjilati lehernya dan daun telinganya, dan aku tidak berhenti sampai di situ, kulihat dia seakan sudah menyerahkan segala kendali permainan kepadaku, dengan leluasa aku menjilati bagian wajah sampai payudaranya. Kurasakan Yuyun memegang kemaluanku dengan tangan kanannya, kemudian dia berucap, “Wah besar juga punyamu Dhun..” sambil menggerakkan tangannya dengan cara mengocokkan kemaluanku. Setelah keadaan sudah memungkinkan, aku memerintahkan dia untuk menjilati kemaluannku. Dan Yuyun langsung mengarahkan wajahnya ke kemaluanku, dengan sedikit agak takut Yuyun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya, dan itu kunikmati dengan nikmatnya. Kemudian tangan kananku kuarahkan meraih susunya yang menjuntai seperti buah mangga yang masih hijau, tak berapa lama berganti dia mengarahkan kemaluannya ke arah mulutku.

“Ayo Dhun dijilat,” katanya, sambil menggoyangkan pinggulnya. Aku melihat rerumputan lebat tepat di hadapanku, langsung saja kulumat dengan nikmatnya. Yuyun mengerang agak keras supaya aku lebih dalam menjilati kemaluannya, kurasakan banyak sekali cairan yang agak masin tapi tidak begitu masin, entah apa rasanya yang jelas aku terus menjilati, terutama bagian saluran kemihnya. Yuyun menjerit, “Aachh.. enaknya Dhun.. aku udah nggak kuat nihh..” sambil dikepitkan kedua pahanya di wajahku dan kurasakan banyak cairan mengalir deras. Setelah itu Yuyun mulai kembali seperti orang kehilangan kendali, dengan sigap Yuyun mengambil alih posisi permainan. Diarahkan kemaluanku dengan kemaluannya, sementara aku di bawah mencari arah yang tepat untuk bisa meluncur ke dalam kemaluannya. Dengan sedikit gerakan aku sudah bisa menemukan lubang masuknya dan dengan perjuangan agak keras untuk memasukkannya.

“Aduh.. besar sekali sih, jadi sulit masuknya,” ucap Yuyun kepadaku sambil menahan dengan bibir digigit. Aku tidak tahu kalau punyaku besar, mungkin karena Yuyun biasa melihat punya suaminya yang lebih kecil dari punyaku.
“Iyaa Dhun, punyamu lebih besar dari punya patrol,” katanya dengan memejamkan mata seakan ingin menghabiskan seluruh tenaganya.
“Masa sih..” jawabku, dan aku terus menyuruh dia untuk menggoyangkan pinggulnya.
“Trus Yun.. enak Yun.. Ssstt..” dengan menghisap nafas dari mulutku.
“Achh Dhun.. enak sekali nihh, aku udah nggak tahan lagi..”
Aku merasakan bagian kemaluanku seakan terjepit terlalu keras, mungkin dikarenakan punyaku memang besar. Tapi memang kuakui kemaluan Yuyun begitu enak sekali, lembut seperti ada yang menggigit dari dalam.

Yuyun mulai kelihatan seperti hendak mencapai orgasme, “Dhun.. achh.. Dhunn.. enaakk..” Aku terus menghentakkan pinggulku dari bawah ke atas, dan itu membuat Yuyun semakin menggelinjang dengan menjambak rambutnya. “Ahh.. udahh nggak tahan.. aku keluar nihh.. Dhun.. aahh..” dengan jeritan agak panjang Yuyun mendekap tubuhku dengan kukunya mencakar punggungku. Sesaat Yuyun terdiam mengejang, sementara kurasakan di kemaluanku terasa sesuatu cairan mengalir, secara perlahan kumainkan pinggulku agar senjataku tetap pada kondisinya. Yuyun bangkit dan berkata, “Aku ingin lagi Dhun.. dan ini aku ingin permainan kita yang lama yaa..” Aku hanya menganggukkan kepala saja sebab mau bilang apa karena itu juga yang kuinginkan.

Sekarang kuambil alih posisi permainanku, Yuyun di bawah dan aku beraada di atasnya. Kedua kaki Yuyun kurentangkan ke samping, dan tampaklah rerumputan yang agak lebat tapi jelas terlihat kemerah-merahan. Tanpa menunggu aba-aba, Yuyun telah siap menerima kedatangan senjataku dengan menggerakkan sedikit agar lancar masuknya. “Cepetan Dhun masukkan, aku udah nggak sabar nih..” katanya sambil setengah memejamkan mata. Aku hanya diam tidak mendengarkan lagi kata-katanya. Pelan-pelan aku menggerakkan senjataku maju mundur secara teratur. Erangan suaranya terdengar sayup tapi membuat gairah seksku bertambah, begitu kugerakkan maju, “Aaachh.. duuhh..” begitu suara yang terdengar dari mulutnya. “Aduh Dhun.. aku udah nggak kuat nihh.. cepetan yaa.. aku udah nggak tahan.” katanya dengan tangan menggenggam sprei kasurku. “Iya.. bentar lagi nihh.. aku juga mau keluar,” kataku balik. Aku terus melancarkan senjataku makin lama makin cepat kugerakkan senjataku. “Aacchh Dhunn.. aadduuhh nggak tahan lagii..” dan dengan gerakan semakin cepat akhirnya kurasakan rangsangan pada kemaluanku yang akan mengeluarkan lahar panas. “Yun, aku mau keluar nihh..” kataku terputus-putus. “Yaa, bareng kita keluarnya yaa.. aachh.. sstt.. nggak tahan nihh.. satu.. duaa..” Yuyun menghitung dengan jarinyaa dan, “Tiigaa.. aahh.. Dhunn..” dan, “Yuunn.. aahh..” aku mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya, sesaat aku dan Yuyun terdiam setelah himpitanku ke tubuh Yuyun, kemudian aku membalikkan badanku. Entah kenapa senjataku dihisap oleh Yuyun dan membersihkannya.

“Terima kasih ya Dhun, kamu telah memuaskanku,” katanya.
“Ohh.. aku yang berterima kasih dong,” jawabku.
“Kamu nggak akan memberitahukan kejadian ini ke adikku kan?” tanyanya.
“Untuk apa aku menceritakan ini? Toh nggak ada untungnya kan?” kataku.
Sejak kejadian itu setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, Yuyun selalu mampir ke rumahku dan yang jelas pasti kami berdua melakukannya.

Tamat

Comments :

0 komentar to “Pagi Hari”

Posting Komentar