SAYANGKU VERO




Hidup ini memang dinamis dengan segala perubahan keadaan sosial, budaya, ekonomi, moral yang semuanya itu tidak lepas dari akibat kemajuan teknologi secara umum yang salah satunya adalah teknologi komunikasi komputer. Satu lagi pengalamanku yang akan kukisahkan di bawah ini lebih kurang 1 tahun yang lalu dan sampai sekarang masih berlangsung meskipun tersendat-sendat.

Semasa SMA dan kuliah aku senang jalan-jalan atau traveling, hampir setiap liburan sekolah ataupun semester aku menghabiskan waktu bersama teman-teman have fun, apakah mendaki gunung, atau dengan modal pas-pasan kami berkeliling dari satu daerah ke daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatra, pokoknya ada saja jalan keluar guna refreshing dari segala macam keruwetan sehari-hari di Ibukota. Semenjak berkeluarga aku lebih banyak di rumah karena pada awalnya aku berpikir bahwa keluarga nomor 1, kesenangan diri sendiri bisa nomor 17 maksudnya bisa urusan belakang. Kenyataannya aku malah terpuruk dengan keadaan yang akhirnya aku membuat keputusan bahwa aku harus mendapat kesempatan pribadi untuk have fun dengan caraku sendiri dan akhirnya..

Aku berkenalan dengan seorang wanita seperti biasanya lewat e-mail dan terjadilah saling kirim dan balas, saling telepon akhirnya kami berjanji akan bertemu di suatu tempat ternyata di tempat kostnya. Ada hal yang menurutku sempat membuatku ragu waktu aku menelepon, dia mengatakan bahwa umurku hampir setengah abad dan apa dia tetap mau bertemu dan menjalin persahabatan denganku dan jawabanya, “Nggak pa-pa kok, kan kata orang life begin at forty dan aku lebih suka dengan orang yang jauh lebih tua dariku, nanti deh ceritanya kalau kita sudah bertemu.”

Pada hari yang telah ditentukan aku pulang dari dinas luar kota dan langsung menuju ke tempat kostnya setelah menghubunginya lewat telepon, kupikir ini adalah perkenalanku yang pertama dengan seorang wanita sejak aku sudah berkeluarga dan cara berkenalan yang aneh dan tidak biasa menurutku. Kubawakan dia kue dari Sakura Anpan dan 3 tangkai White Rose dan pada saat dia menemuiku aku seperti mimpi karena dia bertubuh sedang, kira-kira 155 cm dengan perawakan montok yang membuatku menelan ludah, pantatnya bulat, pinggulnya ramping dengan perutnya rata dan payudaranya.. besar! untuk wanita dengan tinggi 155 cm dan merupakan kegemaranku, cewek dengan payudara besar.

“Well, inilah saya Andhika, seperti yang anda lihat, berkaca mata minus, rambut sudah mulai banyak yang putih, umurku 50 tahun dan ini oleh-oleh untuk anda.” sahutku sambil menyerahkan kue dalam mini box serta 3 tangkai Mawar Putih.
“Aduh, thank’s yaa, anda baik sekali membawakan saya kue dan.. hmm, ini bunga kesukaan saya, dan inilah saya Veronica, kamu boleh panggil saya Vero, umurku.. perlu nggak sih kamu tahu?” senyumnya manis dan matanya yang agak sipit tapi lucu. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.
“Tahun ini genap 25 tahun.” jawabnya lagi dengan pandangan matanya yang coklat tua tajam menatapku, “Sudah tahu kan sekarang.. gimana? dan dengan kaca mata itu anda malah kelihatan masih muda sepuluh tahun dari umur anda sekarang.” sahutnya.
Aku agak terperangah sejenak, separoh umurku, tapi kelihatan lebih muda katanya? Berarti aku belum terlalu tua ya.

Kami berdua ngobrol sejenak, saling memperkenalkan diri lebih lanjut, kuperlihatkan foto keluargaku dan dia memberi komentar tentang foto puteriku. “Cantik sekali puterimu.” katanya, kemudian dia mengajakku keluar jalan-jalan. Kami pergi ke salah satu Mall di daerah Jakarta Utara. Selama berjalan-jalan, Vero tiada henti-hentinya bercerita tentang dirinya dan banyak bertanya tentang diriku. Yang menjadi lebih surprise bagiku adalah sikapnya yang begitu ceria, bebas tanpa beban seolah-olah sudah mengenalku bertahun-tahun. Di salah satu restaurant seafood kami mampir dan makan sambil ngobrol dengan suasana yang lebih santai.

“Non, kamu sadar atau tidak sih, bahwa di depan kamu ini seorang laki-laki berumur setengah abad?” tanyaku masih bingung dengan sikapnya yang ceria dan santai.
“Terus kalau kamu 50 tahun, memangnya kenapa, apa aku nggak boleh senang dengan pria yang umurnya hampir setengah umurku, gitu ya? kalau aku sendiri senang, kamu nggak suka?” jawabnya sambil tersenyum lucu dengan wajahnya yang bulat tapi manis itu.
“Aku mau jujur sama kamu, aku pernah pacaran dengan seorang pria yang lebih tua 10 tahun dariku sewaktu aku masih SMA di SBY bahkan kami sudah janjian akan berumah tangga kelak kalau sudah mapan, tapi nasib memutuskan lain, kami putus berpisah padahal selama pacaran aku dan dia sudah seperti suami-isteri dan..” aku mengangkat tanganku menghentikan dia untuk melanjutkan pembicaraannya yang aku sudah dapat menebak kemana arahnya.
“Oke Non, stop, stop, stop.. jangan diteruskan, aku tidak mau dengar sambungannya karena ini hari adalah pertemuan kita yang pertama dan aku ingin pada saat ini kita ada dalam keadaan senang dan gembira dong yaa..” sahutku sambil memegang kedua belah tangannya yang mungil itu. Sejenak mata itu berkaca-kaca sepertinya menahan haru.
“Aku tidak menyangka bahwa hari ini aku berkenalan dengan seorang laki-laki yang mau mengerti keadaanku yang sebenarnya dan aku suka kamu Mas.” jawabnya lagi dengan sendu. Hari pertama itu kami lewati dengan jalan-jalan dan Vero tanpa malu-malu memeluk pinggangku sambil kadang-kadang menyenderkan kepalanya ke dadaku.

Hubungan kami berlangsung kira-kira satu setengah bulan, baik lewat telepon maupun e-mail, jalan-jalan dan nonton film yang akhirnya bibir tipisnya yang mungil kukecup di dalam gedung bioskop pada saat film sedang diputar. Dia membalas dengan kecupan-kecupan yang panas disertai desahan-desahan yang merangsang sambil mengarahkan tanganku ke payudaranya yang montok dan masih terbungkus BH tipis. Kuremas lembut bukit lembut itu dengan mesra disertai gigitan-gigitan lembut di bibirnya yang mungil. Dia mendesah kecil, tangannya menjalar ke arah pangkal pahaku sambil mengusap-usapnya, aku menggelinjang perlahan karena takut kelihatan penonton yang lain.

Demikian hari-hari berikutnya kami lewati dengan mencuri-curi kesempatan berciuman sambil saling memegang-megang di luar pakaian masing-masing. Suatu hari aku pulang dari dinas luar kota, aku tidak tahan untuk bercumbu dengannya, lalu aku langsung menuju Puri Mawar di daerah Jakarta Selatan, pesan kamar dan sambil santai di tempat tidur kutelepon Vero di kantornya.
“Hello Sayang.. apa kabar?” sahutku ingin membuatnya surprise.
“Hello.. Hai Honey, kamu dimana.. aku kangen kamuu!” jawabnya manja berbisik karena dia berada di ruangan kerja yang bersama dengan 3 orang temannya.
“Aku juga kangen kamu.. kamu pulang jam berapa, kutunggu di Puri Mawar, mau kan kamu menemuiku sebelum aku pulang ke rumah?” aku bertanya dengan hati-hati takut dia menolak.
“Mauu.. aku kangen kamuu, aku pulang jam 18:00 terus aku ke sana yaa.. tunggu aku Sayang yaa..” sahutnya lagi.
Aku mandi dan dengan berselimutkan handuk aku rebah di tempat tidur sambil menonton TV, karena saking lelahnya (sebab setiap pulang dari dinas luar kota pasti aku belum sempat istirahat dari malam sebelumnya) aku jatuh tertidur tanpa sadar dengan tubuh masih terbungkus handuk.Aku mulai sadar tatkala bibirku, hidungku terasa ada yang menyentuh serta menggelitik dengan halus serta sentuhan lembut di pangkal pahaku yang masih tertutup handuk. Aku membuka mataku perlahan, terlihat wajah bulat yang lucu dan manis di hadapanku. Veronica-ku yang manis tengah mengecup bibirku sambil mempermainkan lidahnya dengan lembut serta menggigit-gigit kecil hidungku dengan mesranya. Aku bergerak dan dia menghentikan gigitannya sambil memandangku mesra.

“Hai Honey, kasihaann.. capek yaa.. sampai ketiduran nungguin aku yaa.. dan ini apa?” katanya lagi sambil meremas lembut penisku yang semenjak semula sudah tegang di balik handuk dan ternyata handukku telah disibaknya dan tangannya yang mungil itu meremas dan mengusap lembut penisku yang sudah telanjang dan tegang.
“Oohh Sayang, kamu kok nakal nggak ngomong-ngomong sudah masuk dan foreplay tanpa izinku, hmm?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya yang ramping dan tanganku yang lain bergerilya ke arah payudaranya yang montok di balik bajunya yang berleher rendah itu. Vero mencoba menghidari tanganku yang ke arah payudaranya, tetapi tanganku yang lain memeluk pinggangnya sehingga dia tidak berhasil melepaskan dirinya dari pelukanku.

“Honey.. Sayang.. aku mau mandi dulu yaa.. badanku bau, bau keringat dan bau pabrik kaos kaki nih,” katanya sambil mencium keningku dan mencoba menghindari bertambah eratnya pelukanku.
“Nggak usah, aku senang bau keringat kamu, sedaapp..” jawabku menggoda sambil mencoba meremas susunya yang montok itu.
“Benar deh.. habis aku mandi, kamu boleh deh cium-cium terserah kamu yaa..” jawabnya lagi, kali ini kulepaskan pelukanku dan membiarkan dia pergi mandi.

Vero keluar dari kamar mandi dengan hanya terbungkus dengan lilitan handuk menutupi tubuhnya yang sintal, montok dan menggemaskan itu. Aku masih berbaring dengan santai, sementara Vero mendekatiku sambil tetap memandangku dengan matanya yang lucu tapi tajam itu. Dia menaiki tempat tidur dan berbaring di sebelahku. Kami saling berpandangan dan tanganku mengelus kedua belah pipinya dan dia melakukan hal yang sama. Kukecup bibir mungil itu, dia membalas dengan lembut, tangan kami mulai saling mengusap dengan mesra. Kulepaskan lilitan handuk dari tubuhku dan dengan setengah memaksa kulepaskan juga handuk yang membungkus tubuh sintal itu dan akhirnya..

Kupeluk Vero dengan lembut dan mesra tanpa sehelai benang pun yang menghalangi tubuh kami, Skin To Skin. Kami berciuman dari bibir, pipi, hidung, mata, kening. Tanganku mengusap lembut payudaranya, buah dadanya, susunya yang montok dan kenyal itu serta puting yang berwarna merah muda. Dia mendesah dan mengerang lembut, terdengar di telingaku menikmati gerilya tanganku. Kini bibirku turun ke lehernya, ke dadanya yang dibusungkan sehingga memudahkan bibirku mengecup susunya yang montok dan kenyal itu serta menjilat putingnya yang menggairahkan. Kuhisap dengan bernafsu kedua puting merah muda itu sambil menggigit-gigit kecil dan teriakan tertahan keluar dari mulut Vero. “Ooohh.. Maass, teruuss iseepp Maass.. oohh..”

Sementara mulutku bergerilya di antara kedua payudara yang montok itu, tanganku turun perlahan ke antara pangkal paha Vero yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat dan halus itu. Vero meremas dan menarik-narik rambutku dengan ganasnya karena permainan lidahku di puting susunya yang montok itu membuat dia mendesah nikmat serta merta membuka kedua pahanya lebar-lebar sehingga tanganku serta jariku bebas mengusap vaginanya yang mulai basah itu. Kuciumi kedua bukit montok itu dan perlahan-lahan turun ke perutnya yang rata, turun lagi sampai ke pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu lebat nan halus itu.

“Maass.. oohh.. terus Maass.. teruuss!” Desahnya manja dan kedua pahanya mulai menjepit perlahan kepalaku. Kukecup pucuk vaginanya dengan lembut, dia menggelinjang sambil menjerit kecil. Kemudian lidahku mulai menjilat klitorisnya yang mungil disertai kecupan dan gigitan kecil pada labia mayoranya.

“Aaawww.. Maass, kamu gila.. kamu gila.. Maass.. oohh.. nngg..” jeritnya perlahan, tanganku memilin kedua puting susunya dengan lembut.
“Maass.. aku nggak tahaann Mass, ayo Maas..” katanya sambil menarik tanganku dan memeluk kepalaku dan mengecup bibirku dengan ganas.
Penisku sudah tegang sejak aku beroral sex. Perlahan kugesek-gesekkan ke bibir vagina Vero sambil menatap wajahnya yang bulat dan lucu itu.

“Honey Vero, masukin sekarang yaa.. Aku juga nggak tahan..” kataku sambil menempelkan rudalku ke arah lubang kenikmatannya Vero. Dia mengangguk sambil tersenyum manis, aku membuka lebar-lebar kedua pahanya dan penisku kutekankan sehingga masuk perlahan-lahan ke dalam vaginanya yang sudah basah dan, “Ooohh nikmatnya..” terasa lubang kehangatan yang serta merta memijat penisku. Kutekan terus sehingga amblas dimana kedua bola penisku menempel erat pada bagian bawah vaginanya.

“Ooohh Maass.. nikmat sekali rudalmu ini.. ayoo Maas..” desah nikmatnya terdengar. Aku mulai menggoyangkan pantatku turun naik perlahan, makin lama makin cepat dan aku mulai merasa ngilu di kepala penisku sementara dia juga tidak kalah dengan dengan goyangan pinggulnya yang kelihatannya menikmati penisku turun naik dan keluar masuk vaginanya yang terasa mulai licin akibat cairan kenikmatannya yang keluar melumasi penisku itu. Aku mencium kedua belah bibirnya yang tipis dan mungil itu dengan tidak kalah ganasnya sambil memeluk tubuh Vero yang sintal dengan payudaranya yang besar dan montok itu.

“Vero.. oh.. Sayang, aku mau keluaarr.. gilaa benar enaakk..” dengusku dengan nafas yang makin memburu.
“Aku juga Maass.. aku jugaa.. oohh.. mmff.. ngg..” jeritnya tertahan.
Tiba-tiba kedua pahanya menjepit pinggangku dan dengan buas dia mengecup bibirku dan menggigit bibir bawahku yang membuatku kelabakan antara menahan sakit digigit dengan nikmatnya pijatan vagina Vero, akhirnya aku tidak tahan lagi dan kutekan penisku dalam-dalan dan, “Croott.. croott.. croott..” dengan rasa ngilu di ujung lubang penisku kusemprotkan spermaku di dalam vagina Vero sambil kami berpagut kuat seolah-olah tidak akan terlepaskan. “Maass.. aku keluaarr.. oohh.. mff..” jeritnya sambil memeluk kepalaku. Kami terdiam beberapa saat menikmati orgasme bersama sambil saling berpagut, berpelukan. Kemudian kami saling melepaskan diri dan saling memandang dengan mesra.

“Mas, aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku belum pernah merasa sepuas hari ini.” katanya dengan lembut setengah berbisik.
“Aku juga Non, puas dengan pijatan itumu itu.” jawabku perlahan.
“Itunya apa.. coba bilang yang benar, ayo.. bilang dong.” katanya menggoda.
“Ah itu lho.. bibir yang di bawah itu.” jawabku lagi balas menggoda.
“Aaah Maass, aku kan jadi malu.” katanya sambil mengecup bibirku.
“Malu sama siapa Non? kan kita cuma berdua..” aku mencoba bangun tapi jepitan kedua pahanya makin dieratkan di pinggangku.
“Jangan dilepas dulu dong.. aku masih ingin menikmati rudalmu ada di dalam sarangku dan aku mau lagi tapi aku mau di atas dan Mas di bawah, boleh kan?” katanya sambil tersenyum manis.
“Boleh, hanya saja kamu harus menunggu dengan sabar karena pria kalau habis orgasme harus mengambil ancang-ancang untuk tenaganya yang baru setelah paling kurang 1 sampai 1,5 jam untuk bisa horny lagi yaa Sayang.” jawabku sambil mengelus pipinya.

Akhirnya kami saling melepaskan dan bangun menuju kamar mandi. Kami mandi saling menyabuni, kira-kira 1 jam kami saling menyirami tubuh kami. Nafsuku bangkit lagi dan kami bersenggama di kamar mandi dan kali ini kami melakukan di atas closet dengan posisiku duduk di atas closet dan Vero berada di atasku. Kukecup bergantian susunya yang montok dan padat itu hingga membuatnya dengan ganas menggoyangkan pantatnya turun naik saat penisku melakukan penetrasi ke dalam vaginanya, permainan cinta kami berakhir dengan dia orgasme 2 kali dan aku 1 kali. Setelah kami membersihkan diri kuantar Veronica pulang.

Kami sering melakukan hubungan seks hampir setiap kali aku pulang dari tugas luar kota dan hubungan kami masih berlanjut sampai sekarang. Demikianlah salah satu pengalamanku bercinta dengan wanita yang hampir separoh umurku yang pada kenyataannya cukup memuaskan mereka.

Kalau ada wanita muda, ibu rumah tangga maupun wanita setengah umur yang ingin bereksperimen dengan pria seumurku, aku akan bersedia melayaninya. Please hubungi saya via e-mail

Comments :

0 komentar to “SAYANGKU VERO”

Posting Komentar